Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Perempuan Remaja Ini Saya Belajar Banyak Hal

13 Juli 2015   01:21 Diperbarui: 13 Juli 2015   08:33 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tahu, karena sayalah bocah itu, yang menggigil hingga cuma mampu memeluk dia dan seorang teman wanita lainnya, sepanjang perjalanan menuju dokter tersebut. Saya tahu, karena dengan perjalanan tersebut Mulan telah menyelamatkan hidup, sekolah, juga masa depan saya!

Dan di usianya yang masih bau mie tiaw, Mulan lepaskan tindik, tato  (enggak, ding, enggak pake tato alias mulus… ^_) dan semua sifat kasar saya, hingga saya dapat kembali menjadi manusia. Bahkan Mulan tak segan ‘berencana’ melepas Fakultas Kedokterannya di Universitas Swasta Ternama Jakarta, dan menggantinya dengan Kampus Negeri di luar kota, cuma agar dia memiliki selisih biaya yang bisa dipakai untuk saya kuliah!

Tapi menjadi ‘manusia’ lagi ternyata memang tidak mudah. Terutama setelah sekian lama terbiasa menyerupa sampah, belatung nangka, atau sekedar zombie muda yang berjalan kemana-mana tanpa arah dan rasa. Walau wajah serigala yang terpasang cukup membuat banyak pihak enggan untuk bersenggolan.

Perlu waktu dua tahun untuk saya memperbaiki segalanya, serta tiga tahun lagi setelahnya untuk mengejar ketertinggalan dari yang lain.

Dari Mulan saya jadi banyak tahu tentang makhluk yang bernama: Wanita. Lengkap dengan segala tingkah anehnya! Dengan sekilas lihat saya bisa langsung tahu ukuran CD dan ‘kacamata’ mereka. Dan dengan sekilas pengamatan pula saya bisa langsung tahu tentang siklus haid mereka setiap bulannya, lengkap dengan ketidak stabilan emosi, libido, atau sekedar nyeri di perut dan keringat dingin di punggung bawah dan atau beberapa bagian tubuh yang lainnya, serta apa yang kira-kira mereka nyaman dan inginkan atau tidak. Dan hal itu amat membantu saya untuk merespon mereka dengan lebih tulus dan menghargai. Walau apesnya saya jadi disangka telah menikah di usia remaja karena terlalu dalam tahu tentang wanita.

Apa susahnya memahami wanita? Terutama setelah begitu banyaknya sasmita yang Mulan cipta, yang walaupun dengan segala kepolosan usia yang baru saya punya, tetap saja memaksa saya untuk sehebat mungkin menguraikan deretan simbolnya... dengan sangat terkeder-keder, tentu saja!

Orang dewasa selalu mengatakan apa-apa yang tengah dirasakan, begitu ucap Mulan saat saya mendadak jadi banyak terdiam buah ke-kurang sreg-an saya atas beberapa tindakannya. Sementara ketika situasi berbalik seratus delapan puluh derajat, dengan entengnya Mulan berkata bahwa orang dewasa, sudah harus tahu apa yang terjadi tanpa perlu diucapkan lagi. Halaaah...!

Alangkah susahnya menjadi orang dewasa. Dan –terutama sekali- alangkah susahnya mengerti tentang wanita...! Seringkali berlalunya waktu justru semakin membuat saya terbengong-bengong layaknya sapi ompong yang menderita ambeien hingga cuma bisa nongkrong, jika itu tentang wanita.

Tak perlu beribu guru jika hanya untuk tahu berapa banyak wanita yang menyimpan cinta sekaligus benci terhadap orang yang sama. Atau betapa besarnya hawa pembunuh yang ada dalam tubuh ringkih mereka, yang acapkali dengan cara paling tak logis mampu membuat lumpuh lelaki sekuat apapun, bahkan tanpa mereka perlu repot-repot untuk berkata atau bertindak sama sekali!

Menyimpan perasaan? Jelas itu kitab suci mereka. Walau jangan sekali-kali mempercayakan rahasia apapun terhadap sebagian besar mereka. Sementara air mata pernah saya duga sebagai 99% unsur pembentuk diri mereka, yang tidak hanya mereka teteskan saat sedang sedih atau bahagia, karena saat mereka lapar atau ngeden di WC akibat BAB tidak lancarpun mereka menangis. Alangkah aneh dan tidak praktisnya!

Bukan hanya satu-dua kali saya terlibat perbincangan aneh dengan wanita. Memelototi bareng gambar vagina yang ditarik kesana-kemari dengan pengait dan sejenis benang pada buku rujukan fakultas kedokteran, hanya untuk mengetahui dimana letak hymen atau selaput dara dan seperti apa bentuk sebenarnya. Tentu saja setelah sebelumnya teman wanita itu berkata, “Kita sama-sama udeh dewasa kan, Bay...” sambil tak lupa menyunggingkan se-uprit senyum malu karena tahu baru kemarin lulus SMU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun