Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Perang Cina di Tanjungpura, Kabupaten Purwakarta

3 Mei 2019   15:04 Diperbarui: 30 Oktober 2022   09:07 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fotografi Ahmad Said Widodo dari display Bale Panyawangan (Museum) Diorama Purwakarta

Suatu naskah atau manuskrip (bahasa Inggris manuscript, bahasa Latin manu scriptus, artinya ditulis tangan), secara khusus, adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan, dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain. Kata 'naskah' diambil dari bahasa Arab nuskhatum yang berarti sebuah potongan kertas. Menurut pengamatan, ada 4 (empat) 'kebenaran' kisah Nusantara di dalam naskah-naskah itu yang perlu dicatat, yaitu sebagai berikut :

1.'Kebenaran' dalam naskah yang seutuhnya sama dengan 'kebenaran' kita selama ini sebagaimana nampak pada nama-nama tokoh atau daerah.
2.'Kebenaran' dalam naskah yang belum menjadi milik kita, berupa nama-nama tokoh atau daerah yang belum pernah kita ketahui, berbagai peristiwa yang terjadi dan masa pemerintahan setiap raja yang cukup jelas titimangsanya.
3.'Kebenaran' naskah yang melalui pembandingan dengan sumber lain akan memungkinkan kita merenungkan kebenarannya,
4.'Kebenaran' dalam naskah yang bertalian dengan 'kebenaran' kita sebagai penafsir.

Wawacan Carita Perang Cina di Tanjungpura Kabupaten Purwakarta

"Crita Prang Cina Tanjungpura Kabopaten Purwakerta" atau "Carita Perang Cina di Tanjungpura Kabupaten Purwakarta" adalah sebuah wawacan yang dikarang oleh Hadji Moehammad Oemar, seorang pengiring bupati Cianjur R.A.A. Prawira di Reja I. Carita atau wawacan berbentuk puisi tembang (dangding) ini terdiri dari pupuh  Asmarandana (30 bait atau 30 pada), Durma (60 pada), Kinanti (51 pada), Asmarandana lagi (132 pada) dan Sinom (36 pada) sehingga jumlahnya mencapai 309 pada.

Naskahnya selesai ditulis pada tanggal 14 Agustus 1864, tertera dalam naskah kertas pabrik ukuran folio (32,6 x 21,2 cm) bercap kertas dengan tebal 74 halaman dan dijilid dengan menggunakan karton tebal. Tiap halaman terdiri atas 21 baris dan ukuran penulisannya sekitar 27 x 18 cm., memakai Aksara Cacarakan (Hanacaraka) dan Latin dalam Bahasa Sunda. Naskahnya kini disimpan di Bagian Manuskrip (Naskah) Perpustakaan Nasional RI, Jakarta dengan Nomor Kode Sd. 108, berasal dari koleksi Karel Frederick Holle (1829-1896).

Wawacan ini mengisahkan kerusuhan yang dilakukan orang-orang Cina sejak dari kota Purwakarta hingga ke Tanjungpura (Karawang). Dalam kerusuhan itu loji, penjara, rumah sakit, gudang dan bangunan lainnya yang belum lama dibangun di Purwakarta dibakar dan dirusak, sejumlah rumah, toko dan bangunan lainnya di sepanjang jalan antara Purwakarta, Karawang dan Tanjungpura dijarah barang-barangnya dan dirusak bangunannya. Untuk menumpas kerusuhan ini dikerahkan pasukan dari Batavia (Jakarta), Buitenzorg (Bogor), Cianjur, Bandung dan Karawang, baik pasukan berkuda (kavaleri) maupun pasukan berjalan kaki (infanteri), baik serdadu Belanda maupun prajurit pribumi. Kaum perusuh dipatahkan kekuatannya oleh pasukan pimpinan Kanjeng Pangeran Hario Alibasah Sentot Prawirodirdjo.

Perlu diketahui, bahwa dalam naskah tersebut terdapat nama-nama orang  (para pelaku sejarah dalam peristiwa itu), yaitu antara lain: Agus Aliun, Ajengan (K.H.R. Moehammad Joesoep, Baing Yusuf), Andeng Abidin, Anggadikusumah, Arya Gajah, Arya Majah, Arya Prawirawinata, Arya Tisna, Asep Elum, Asep Rabal, Babah Acuy, Babah Toke, Bapa Eno, Bapa Nona (Ngabehi), Demang Ardikusumah, Demang Jayadirja, Dipati Prawiradirja (R.A.A. Prawiradirja I, Dalem Sepuh Cianjur), Dipati Suryawinata (R.A.A. Soeriawinata, Dalem Bogor Pareman), Kangjeng Dalem Purwakerta (R.A.A. Soeriawinata), Kodok, Mandor Meja, Pangeran Alibasah (Pangeran Alibasah Sentot Abdul Mustafa Prawirodirdjo), Pangiring Dalem Cianjur (Hadji Moehammad Oemar), Raden Ahmad, Raden Ambri, Raden Arya Adinagara, Raden Arya Karawang, Raden Arya Suryabrata, Raden Arya Wiratmaja, Raden Awan, Raden Badra, Raden Haji Abdullah, Raden Haji Mahri, Raden Haji Muhyi, Raden Hamjah (Hamzah), Raden Isa, Raden Kertayuda, Raden Rangga Anggadireja, Raden Sumadireja, Raden Sumayuda, Raden Tumenggung Sastranagara, Raden Wiradireja (R.A.A. Kusumaningrat), Tuan Beker (Baker, Bekker?), Tuan Boman (Bouman, Bowman?), Tuan Diblot (De Bloote?), Tuan Holembereh (Jhr. Otto Carel Holmberg de Beckfelt), Tuan Jong (Jonk?), Tuan Kelinyet (Pierre Francois Clignett), Tuan Leknan Lisola (1ste Luitenant Le Jolle), Tuan Maklot (Heinrich Christian Macklot), Tuan Saliyara (Jhr. ds. Guillaume de Serire), Tumenggung Wiranagara dan Wiryadinata.

Perlu diketahui pula, bahwa dalam naskah tersebut terdapat pula nama-nama tempat bersejarah sesuai  Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, yaitu antara lain: Banceuy, Bandung, Batusirap, Maracang, Bogor, Cibalagung, Cibeureum, Cidaun, Cikalong, Cikao,  Cimayakasih, Cinusa, Cipaku, Ciputri, Ciranji, Citarum, Cyanjur (Cianjur), Darangdan, Dawuan, Gandaria, Gandasoli, Garut, Kaliastana, Kandangwesi, Kaum, Kembangkuning, Krawang, Mande, Parungkalong, Priyangan, Purwakerta (Purwakarta), Sukamantri, Sukapura, Sumedang, Tanjungpura, Wanayasa dan Warungbambu. Nama Purwakarta muncul dalam naskah-naskah karya:

1.Moehammad Oemar. Crita Prang Cina Tanjungpura Kabopaten Purwakerta. Ditulis 'Poerwakarta', 'Poerwakerta' atau 'Poerwaketa' dan muncul pada bait (pada) ke-2-3, 5, 16, 19-20, 28, 30, 36, 68-69, 77, 83, 88, 104, 125, 175, 179, 180, 214, 221, 250-254, 256, 259 & 261.
2.Soeria di Radja. Tjampaka Warna, muncul pada bait (pada) ke-4, 6, 12, 44-45, 53, 59, 64, 80, 101, 151, 155-156, 190, 197, 226-230, 232, 235 & 237.
3.Ending Muhidin. Latinisasi dan Transliterasi Naskah "Tjampaka Warna" karya R. Soeria di Radja, muncul pada bait (pada) ke-4, 6, 12, 44-45, 53, 59, 64, 80, 101, 151, 155, 156, 190, 197, 226-230, 232, 235 & 237.
4.Edi Suhardi Ekadjati. Wawacan Carita Perang Cina di Tanjungpura Kabupaten Purwakarta, muncul  pada bait (pada) ke-2-3, 5, 16, 19, 20, 28, 30, 36, 68-69, 77, 83, 88, 104, 125, 175, 179, 180, 214, 221, 250-253, 254, 256, 259 & 261.

Pangeran Alibasah Sentot Prawirodirdjo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun