Lebih baik fokus pada tujuan dan pencapaian pribadi, daripada mencoba mengejar standar yang ditetapkan oleh orang lain. Kebahagiaan dan kesuksesan datang dalam berbagai bentuk, dan apa yang penting bagi satu orang mungkin tidak relevan bagi orang lain. Setiap orang menjalani hidup dengan cara mereka sendiri, dan yang penting adalah menemukan apa yang benar-benar membawa kepuasan dan makna dalam kehidupan kita masing-masing, bukan apa yang terlihat di luar.
d. Menerima Keunikan Diri
Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, penting untuk menerima dan merayakan keunikan diri sendiri. Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda, dengan ritme, prioritas, dan tujuan yang berbeda pula. Orang yang mengalami FOMO cenderung terlalu fokus pada apa yang mereka tidak miliki, daripada mensyukuri apa yang mereka miliki dan pencapaian yang telah mereka raih. Penerimaan terhadap diri sendiri dan rasa syukur atas kehidupan kita adalah kunci untuk mengurangi rasa cemas dan tidak puas yang sering disebabkan oleh perbandingan sosial.
e. Keseimbangan dalam Menghadapi Perubahan Hidup
 Hidup selalu berubah, dan kita tidak bisa selalu berada dalam puncak kebahagiaan atau kesuksesan. Ada saat-saat kita berada di atas, dan ada pula saat-saat kita harus menghadapi tantangan. Daripada berusaha untuk terus berada di puncak atau mengejar kebahagiaan tanpa henti, lebih baik belajar untuk menghadapi setiap perubahan hidup dengan keseimbangan. Menerima momen-momen sulit sama pentingnya dengan merayakan saat-saat bahagia. Ini membantu kita menjaga kesehatan mental dan mengurangi stres yang disebabkan oleh harapan yang tidak realistis.
Pada akhirnya, memahami bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh variasi—dan tidak harus selalu sempurna atau mengikuti setiap perkembangan—akan membantu seseorang menjalani hidup dengan lebih tenang dan puas. Fokus pada apa yang benar-benar penting bagi diri sendiri dan menerima bahwa setiap orang menjalani kehidupan dengan cara yang berbeda adalah langkah penting untuk membebaskan diri dari tekanan FOMO dan meraih kebahagiaan sejati.
2. Membatasi Penggunaan Media Sosial dan GadgetÂ
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu pemicu utama FOMO (Fear of Missing Out) adalah postingan dan update orang lain di media sosial. Ketika kita terlalu banyak menghabiskan waktu di platform seperti Instagram, Facebook, atau TikTok, kita terus-menerus terpapar dengan highlight kehidupan orang lain, yang sering kali terlihat lebih menarik, bahagia, dan sukses. Postingan-postingan tersebut dapat menciptakan ilusi bahwa kehidupan orang lain selalu sempurna, yang kemudian memicu rasa cemas, iri, dan perasaan tertinggal. Oleh karena itu, dengan membatasi diri dalam penggunaan media sosial, kita dapat mengurangi dampak negatif FOMO dan menjaga keseimbangan mental kita.
a. Mengurangi Paparan terhadap Perbandingan Sosial
Media sosial sering kali membuat kita membandingkan kehidupan kita dengan orang lain, meskipun perbandingan tersebut tidak adil. Kita biasanya hanya melihat momen-momen terbaik dari kehidupan orang lain, sementara bagian sulit atau tantangan hidup mereka jarang ditampilkan. Ini menyebabkan ilusi bahwa hidup mereka selalu lebih baik daripada hidup kita. Dengan membatasi penggunaan media sosial, kita secara otomatis mengurangi paparan terhadap perbandingan sosial yang tidak sehat ini, yang dapat membantu kita fokus pada kehidupan kita sendiri dan lebih bersyukur atas apa yang kita miliki.
b. Mengurangi Kecemasan dan Ketidakpuasan