Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Nilai-Nilai Fundamental dan Alasan di Balik Perselisihan Pandangan

5 Oktober 2024   22:46 Diperbarui: 6 Oktober 2024   09:04 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perselisihan tentang keadilan ini sering kali mencerminkan perbedaan prioritas nilai dan pandangan dunia yang mendasar. Ada yang lebih menekankan kesejahteraan kolektif, ada yang lebih menekankan hak-hak individu, dan ada yang lebih mengutamakan legitimasi politik. Perbedaan dalam standar evaluasi ini mencerminkan kompleksitas konsep keadilan dan mengapa mencapai kesepakatan tentang institusi-institusi yang adil sering kali sulit.

Debat tentang keadilan institusi bukan hanya tentang institusi mana yang lebih adil, tetapi juga tentang standar keadilan mana yang harus digunakan. Perbedaan ini mengarah pada berbagai pendekatan dan penilaian terhadap institusi, tergantung pada apakah seseorang lebih menekankan pada hasil, hak, kesetaraan, tradisi, atau nilai-nilai moral yang lebih tinggi.

Ketika kita menghadapi ketidaksepakatan yang terus-menerus tentang keadilan, mungkin terasa menggoda untuk berpikir bahwa tidak ada kebenaran yang objektif tentang apa yang adil atau tidak adil, dan bahwa semua pendapat soal keadilan hanyalah pandangan yang sepenuhnya subjektif. Namun, kesimpulan ini salah dan terlalu menyederhanakan masalah.

Fakta bahwa orang-orang sering berselisih pandangan tentang keadilan tidak membuktikan bahwa kebenaran mengenai keadilan tidak ada. Perbedaan pendapat tidak berarti bahwa tidak ada dasar kebenaran yang mendasari diskusi tersebut, melainkan mencerminkan bahwa kita memiliki berbagai cara pandang, pengalaman, dan kerangka pemikiran yang berbeda dalam memahami keadilan. Ketidaksepakatan tidak secara otomatis mengindikasikan bahwa suatu hal itu sepenuhnya subjektif.

Contoh dari Sains dan Fakta Empiris

Untuk memperkuat argumen ini, kita bisa melihat bahwa ketidaksepakatan juga sering terjadi dalam hal-hal yang jelas memiliki bukti yang kuat. Misalnya:

1. Evolusi

Meskipun ada bukti ilmiah yang sangat kuat yang mendukung teori evolusi, masih ada banyak orang yang menolak evolusi dan meyakini teori alternatif. Ketidaksepakatan ini tidak menunjukkan bahwa evolusi tidak benar, tetapi bahwa persepsi dan pemahaman tentang fakta tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepercayaan budaya, agama, atau informasi yang salah.

2. Vaksin

Ada bukti ilmiah yang jelas bahwa vaksin bekerja dan tidak menyebabkan autisme, tetapi masih ada kelompok yang menolak vaksin karena informasi yang salah, teori konspirasi, atau pemahaman yang bias. Sekali lagi, ini bukan karena kebenaran tentang vaksin bersifat subjektif, melainkan karena proses pemikiran kita yang sering kali terdistorsi oleh bias.

Ketidaksepakatan dalam hal-hal ini, di mana bukti empiris sangat berat sebelah dan berpihak pada satu kesimpulan, menunjukkan bahwa perbedaan pandangan tidak meniadakan kebenaran. Sebaliknya, itu mengungkapkan tantangan dalam cara orang mengolah informasi—yaitu, betapa bias, keyakinan pribadi, dan emosi dapat membentuk cara kita menafsirkan fakta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun