Undang-undang yang melarang diskriminasi bertujuan untuk melindungi kelompok minoritas dari perlakuan tidak adil yang historis, misalnya diskriminasi terhadap orang kulit hitam di Amerika selama masa segregasi. Oleh karena itu, dalam banyak kasus, hukum menempatkan pembatasan pada kebebasan individu untuk melindungi hak-hak kelompok yang rentan dan mencegah ketidakadilan.
3. Konflik Moral: Kebebasan vs. Anti-Diskriminasi
Konflik muncul ketika dua prinsip ini saling bertentangan: hak untuk memilih siapa yang diajak berinteraksi, dan kewajiban untuk tidak mendiskriminasi berdasarkan karakteristik identitas. Misalnya, seorang pemilik toko mungkin merasa bahwa mereka memiliki hak untuk menentukan siapa yang dapat mereka layani di toko mereka, termasuk menolak melayani orang gay karena alasan agama atau kepercayaan pribadi. Namun, dalam hal ini, prinsip anti-diskriminasi akan menegaskan bahwa pemilik toko tidak berhak menolak layanan kepada orang gay karena orientasi seksual mereka dilindungi oleh undang-undang.
Kontradiksi moral ini sering kali menyebabkan ketegangan dalam masyarakat Amerika, karena dua prinsip tersebut sama-sama penting bagi nilai-nilai dasar Amerika. Banyak orang merasa bahwa kebebasan memilih adalah landasan kebebasan individual, tetapi di sisi lain mereka juga percaya bahwa hak-hak sipil harus dijaga untuk mencegah penindasan dan ketidakadilan.
4. Solusi Filsafat: Pembatasan Kebebasan demi Keadilan
Dalam rangka menyelesaikan konflik ini, sistem hukum dan filsafat politik Amerika sering kali memilih untuk membatasi kebebasan individu dalam beberapa konteks demi tujuan keadilan yang lebih besar. John Stuart Mill, filsuf yang berpendapat tentang kebebasan individu, menekankan bahwa kebebasan individu dapat dibatasi jika itu melanggar hak-hak orang lain. Dalam hal ini, meskipun seseorang mungkin memiliki hak pribadi untuk memilih siapa yang dia layani, hak tersebut dibatasi oleh kewajiban moral untuk tidak mendiskriminasi.
Sebagai hasilnya, undang-undang dan norma-norma sosial di Amerika mencoba mencapai keseimbangan di mana kebebasan individu tetap dihormati, tetapi tidak boleh digunakan untuk melanggengkan diskriminasi. Anti-diskriminasi dianggap sebagai pengecualian moral yang melindungi keadilan sosial dan mengutamakan hak-hak minoritas yang sebelumnya diperlakukan tidak adil.
5. Keseimbangan Moral
Secara keseluruhan, orang Amerika dihadapkan pada kontradiksi moral yang melekat antara kebebasan memilih dan komitmen untuk melawan diskriminasi. Konflik ini mencerminkan ketegangan antara kebebasan individu dan keadilan sosial, dua prinsip yang sama-sama dihargai dalam budaya Amerika. Solusi yang diterapkan dalam hukum dan filsafat adalah membatasi kebebasan individu dalam konteks tertentu (seperti bisnis) untuk mencegah ketidakadilan dan menjamin bahwa semua orang, terlepas dari ras atau orientasi seksual mereka, diperlakukan dengan adil dan setara.
Dengan demikian, meskipun orang Amerika menghargai kebebasan, mereka juga mengakui bahwa kebebasan harus diimbangi dengan keadilan, dan dalam beberapa kasus, perlindungan terhadap hak-hak minoritas mengharuskan adanya pembatasan terhadap kebebasan pribadi untuk mencapai keseimbangan moral yang lebih adil.
Perselisihan dalam pandangan politik tidak selalu berakar pada perbedaan nilai-nilai dasar. Kadang-kadang, perselisihan ini muncul karena perbedaan dalam cara kita menafsirkan fakta-fakta atau mengukur efektivitas suatu kebijakan. Contoh yang diberikan adalah perselisihan antara filsuf liberal-kiri Joseph Heath dan seseorang yang tidak setuju dengannya tentang sejauh mana pemerintah harus mengatur pasar. Di sini, nilai-nilai dasar mungkin tidak menjadi penyebab utama ketidaksepakatan, tetapi lebih pada penilaian empiris tentang bagaimana pasar dan pemerintah berfungsi dalam kenyataan.