Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Nilai-Nilai Fundamental dan Alasan di Balik Perselisihan Pandangan

5 Oktober 2024   22:46 Diperbarui: 6 Oktober 2024   09:04 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita merenungkan cara terbaik untuk menilai institusi-institusi, tiga model penilaian yang telah kita diskusikan—penilaian berdasarkan fungsi, simbolisme, dan nilai intrinsik—dapat diterapkan dengan berbagai cara.

1. Institusi sebagai alat yang berfungsi untuk mencapai tujuan

Dalam model ini, institusi dinilai berdasarkan seberapa baik mereka memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Contohnya, sistem peradilan dianggap baik jika mampu memberikan keadilan secara efektif, atau sekolah dinilai baik jika dapat memberikan pendidikan yang berkualitas. Dari sudut pandang ini, institusi adalah sarana untuk mencapai tujuan, seperti kesejahteraan, keadilan, keamanan, atau pendidikan.  

Pertanyaannya kemudian adalah: tujuan mana yang seharusnya dicapai oleh institusi? Ini bisa sangat bervariasi tergantung pada nilai-nilai dan prioritas sosial. Misalnya, jika tujuan utama adalah kebebasan individu, institusi-institusi yang mendukung kebebasan akan dianggap baik. Jika tujuannya adalah kesetaraan, maka institusi-institusi yang mengurangi kesenjangan akan dinilai lebih tinggi. Model ini cenderung pragmatis, dengan fokus pada hasil konkret yang dicapai.

2. Institusi sebagai simbol atau entitas yang diwarisi

 Orang lain mungkin menilai institusi berdasarkan simbolisme atau asal-usulnya, terlepas dari fungsinya. Contohnya, undang-undang dianggap sah karena disahkan oleh badan legislatif demokratis, bukan hanya karena isinya adil. Dalam konteks ini, institusi dinilai berharga karena mewakili nilai-nilai tertentu atau karena dibuat oleh entitas yang dianggap sah. Institusi dapat melambangkan prinsip-prinsip yang mendasarinya, seperti kebebasan, tradisi, atau kekuasaan rakyat.

Contoh lain adalah monarki yang dianggap penting bukan karena kegunaannya, tetapi karena melambangkan stabilitas dan kontinuitas sejarah. Penilaian ini lebih bersifat simbolis daripada fungsional, dengan menekankan aspek emosional, historis, atau normatif.

3. Institusi sebagai tujuan itu sendiri

Di sini, beberapa institusi dianggap bernilai intrinsik, terlepas dari seberapa fungsionalnya atau apa yang dilambangkan. Demokrasi, misalnya, sering dianggap sebagai tujuan itu sendiri—suatu sistem yang adil secara inheren, bahkan jika ada sistem lain yang mungkin lebih efisien dalam mencapai hasil tertentu. Orang yang menganut pandangan ini percaya bahwa institusi tertentu tidak hanya menjadi sarana untuk mencapai hasil, tetapi merupakan hasil yang diinginkan dalam dirinya sendiri.  

Dalam model ini, institusi memiliki nilai moral atau etika intrinsik. Demokrasi dianggap baik karena menghargai kebebasan individu dan partisipasi kolektif, bukan hanya karena fungsinya dalam mengelola pemerintahan. Ini berarti bahwa nilai institusi bukanlah hasil yang dihasilkan, tetapi keberadaan institusi itu sendiri.

Manakah dari ketiga model ini yang paling tepat untuk menilai institusi? Tidak ada jawaban pasti, karena cara kita menilai institusi tergantung pada apa yang kita anggap penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun