Namun, situasi semakin memanas ketika Arjuna mulai menerima ancaman langsung. Suatu malam, ketika dia pulang dari kantor, dia menemukan sebuah amplop berisi foto-foto dirinya dan keluarganya, dengan catatan singkat: "Hentikan penyelidikanmu, atau keluarga akan terancam."
Arjuna merasa jantungnya berdegup kencang. Dia tahu ini adalah peringatan serius. Dia segera menghubungi Maya dan Dimas untuk berkumpul di rumahnya.
"Kita tidak bisa mundur sekarang," kata Arjuna dengan tegas saat mereka berkumpul. "Tapi aku tidak akan membiarkan keluarga atau siapapun terancam. Kita harus lebih hati-hati."
Dimas mengangguk. "Aku akan memperketat pengawasan dan mempublikasikan bukti yang kita miliki secara bertahap. Dengan cara ini, kita bisa membuat mereka lebih sulit untuk menyerang balik."
Maya juga menyetujui rencana tersebut. "Saya akan mengurus keamanan ekstra untuk keluarga Anda, Pak. Jangan khawatir, kita akan melindungi mereka."
Dalam beberapa minggu berikutnya, Arjuna dan timnya bekerja dengan hati-hati. Mereka merilis bukti-bukti korupsi Pak Bram sedikit demi sedikit melalui media, dengan bantuan Dimas. Publik mulai mengetahui skandal besar ini, dan tekanan terhadap Pak Bram semakin meningkat.
Sementara itu, Arjuna terus menjalankan tugasnya di DPR dengan penuh dedikasi. Meski tekanan dan ancaman terus berdatangan, dia tidak goyah. Dukungan dari kolega yang memiliki integritas yang sama juga mulai muncul, membentuk aliansi baru yang siap membersihkan DPR dari praktik korupsi.
Puncaknya terjadi ketika bukti-bukti kuat akhirnya mengarah pada penangkapan Pak Bram. Skandal besar ini menjadi berita utama di seluruh negeri, dan rakyat mulai melihat harapan baru dalam dunia politik yang selama ini penuh dengan intrik dan suap.
Di tengah sorotan media, Arjuna menyadari bahwa perjuangannya baru saja dimulai. Namun, dia tahu bahwa dengan dukungan timnya dan rakyat yang menginginkan perubahan, dia bisa terus melangkah di jalan yang benar.
Dengan senyum penuh keyakinan, Arjuna memandang ke depan, siap menghadapi tantangan berikutnya. Langit Jakarta yang cerah seolah memberikan harapan baru bagi masa depan yang lebih bersih dan adil.
Chapter 5: Cahaya di Tengah Badai