Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tirai Gelap: Intrik Suap di Balik Koridor DPR RI

15 Juni 2024   07:09 Diperbarui: 15 Juni 2024   07:09 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit Jakarta yang cerah memberikan harapan baru, dan Arjuna merasa lebih yakin bahwa dengan keberanian dan integritas, mereka bisa mengubah dunia politik yang penuh intrik ini menjadi lebih bersih dan adil. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berjuang, demi rakyat dan demi masa depan yang lebih baik bagi semua.

Chapter 7: Pertarungan Terakhir

Sinar matahari pagi menembus jendela ruang kerja Arjuna, menerangi tumpukan dokumen yang berserakan di meja. Meski wajahnya tampak lelah, matanya memancarkan semangat juang yang tak pernah padam. Kasus besar yang sedang dihadapinya membawa dampak yang luas, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi seluruh negeri. Di tengah persiapan untuk pertemuan penting, Arjuna menerima panggilan dari Dimas.

"Arjuna, ada perkembangan baru. Sumberku di penjara mengatakan bahwa Pak Bram sedang merencanakan sesuatu yang besar. Kita harus waspada," kata Dimas dengan nada serius.

"Terima kasih, Dimas. Kita harus bergerak cepat. Aku akan mengatur pertemuan darurat dengan tim," jawab Arjuna.

Pertemuan tersebut diadakan di sebuah ruangan kecil yang terpencil di gedung DPR. Arjuna, Maya, Dimas, dan beberapa anggota tepercaya lainnya berkumpul untuk merencanakan langkah selanjutnya.

"Pak Bram mungkin akan mencoba menggunakan pengaruhnya untuk membebaskan diri atau bahkan membuat skenario yang bisa menjatuhkan kita. Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan," kata Arjuna memulai diskusi.

Maya mengangguk. "Saya setuju. Kita perlu memperketat pengawasan dan memastikan semua bukti disimpan dengan aman. Saya akan berkoordinasi dengan pihak keamanan untuk melindungi saksi-saksi yang tersisa."

Dimas menambahkan, "Kita juga perlu mempublikasikan lebih banyak bukti kepada media. Dengan begitu, jika mereka mencoba menjebak kita, publik akan tahu siapa yang sebenarnya bermain kotor."

Dengan rencana yang matang, mereka mulai bergerak. Arjuna bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk memperketat keamanan di sekitar dirinya dan keluarganya. Maya mengatur pertemuan dengan saksi-saksi untuk memastikan mereka dilindungi. Sementara itu, Dimas terus mengumpulkan informasi dari dalam penjara dan mempublikasikan temuan-temuannya melalui media.

Namun, ancaman dari Pak Bram bukanlah satu-satunya tantangan. Arjuna harus menghadapi tekanan dari dalam partainya sendiri. Beberapa anggota partai merasa tidak nyaman dengan pengungkapan kasus korupsi ini karena mereka khawatir akan terbongkarnya skandal lain yang bisa merugikan partai.

Pada suatu malam, Arjuna menerima undangan untuk bertemu dengan pemimpin partainya di sebuah tempat rahasia. Pertemuan itu diadakan di sebuah villa mewah di pinggiran kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun