"Informasi apa yang kamu punya?" tanya Senja akhirnya.
Bara mengeluarkan flashdisk dari sakunya dan meletakkannya di atas meja. "Ini berisi bukti transfer dana mencurigakan dari perusahaan milik Bagas ke rekening beberapa pejabat dan pengusaha."
Senja mengambil flashdisk itu dengan tangan gemetar. "Ini bisa jadi senjata yang ampuh," bisiknya.
"Memang," kata Bara. "Tapi hati-hati. Data ini bisa jadi bumerang untuk kita berdua. Bagas tidak segan-segan menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya."
Senja mengepalkan tangannya, tekadnya semakin kuat. "Saya tidak akan mundur. Ini saatnya para bedebah itu menerima balasan atas perbuatan mereka."
Bara mengangguk, matanya berbinar. "Kalau begitu, selamat datang di neraka, Senja. Mari kita bakar habis para bedebah ini bersama-sama."
Senja dan Bara berjabat tangan, menandai dimulainya sebuah persekutuan yang berbahaya. Mereka berdua sadar, jalan yang akan mereka tempuh penuh dengan risiko. Namun, mereka tak punya pilihan lain. Mereka harus berjuang, meskipun nyawa menjadi taruhannya. Namun, saat Senja hendak membuka file di flashdisk, dia terhenyak. Layar laptopnya menampilkan pesan error. File-file pentingnya, termasuk berita yang baru saja dia tulis, semuanya hilang.
"Apa ini?" Senja berseru panik.
Bara yang melihat raut wajah Senja langsung mengerti. "Sialan," desisnya. "Mereka sudah lebih dulu menyerang."
Senja terkulai lemas di kursinya. Dia baru saja melangkah ke medan perang, tapi bahkan sebelum melepaskan tembakan pertama, senjatanya sudah dilucuti.
Bab 3: Jejak Digital yang Hilang