Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jerat Senja di Negeri Para Bedebah

3 Maret 2024   14:11 Diperbarui: 3 Maret 2024   14:11 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bara menghela napas, "Seharusnya kita lebih berhati-hati. Pasti ada yang membocorkan informasi tentang kita."

Senja terdiam, pikirannya dipenuhi oleh bayang-bayang orang-orang yang dekat dengan mereka. Namun, tak satupun yang menunjukkan gelagat mencurigakan.

Tiba-tiba, pintu sel berderak dan seorang sipir penjara masuk. "Senja Permata dan Bara Wijaya?" panggilnya.

Senja dan Bara saling pandang, bingung dengan panggilan tersebut.

"Kalian dipindahkan ke tahanan khusus," lanjut sipir itu. "Ikuti saya."

Senja dan Bara pun berdiri dan mengikuti sipir tersebut keluar dari sel. Mereka digiring melewati lorong-lorong penjara yang sunyi, langkah kaki mereka bergema memecah keheningan. Tak lama kemudian, mereka sampai di depan sebuah ruangan yang terlihat lebih bersih dan nyaman dibandingkan sel sebelumnya. Di dalam ruangan tersebut, sudah ada seorang wanita muda yang tengah duduk di kursi, wajahnya terlihat gusar.

"Aruna?" Senja berseru terkejut.

Aruna mendongak, matanya berkaca-kaca. "Senja, Bara..." panggilnya lirih.

Senja dan Bara mengerutkan kening. Ada perasaan tidak enak yang menyelimuti mereka.

"Senja," Aruna tertunduk, suaranya bergetar, "Maafkan aku..."

Perasaan Senja dan Bara bercampur aduk. Api kekecewaan bergelora di dada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun