Bara menghela napas, "Seharusnya kita lebih berhati-hati. Pasti ada yang membocorkan informasi tentang kita."
Senja terdiam, pikirannya dipenuhi oleh bayang-bayang orang-orang yang dekat dengan mereka. Namun, tak satupun yang menunjukkan gelagat mencurigakan.
Tiba-tiba, pintu sel berderak dan seorang sipir penjara masuk. "Senja Permata dan Bara Wijaya?" panggilnya.
Senja dan Bara saling pandang, bingung dengan panggilan tersebut.
"Kalian dipindahkan ke tahanan khusus," lanjut sipir itu. "Ikuti saya."
Senja dan Bara pun berdiri dan mengikuti sipir tersebut keluar dari sel. Mereka digiring melewati lorong-lorong penjara yang sunyi, langkah kaki mereka bergema memecah keheningan. Tak lama kemudian, mereka sampai di depan sebuah ruangan yang terlihat lebih bersih dan nyaman dibandingkan sel sebelumnya. Di dalam ruangan tersebut, sudah ada seorang wanita muda yang tengah duduk di kursi, wajahnya terlihat gusar.
"Aruna?" Senja berseru terkejut.
Aruna mendongak, matanya berkaca-kaca. "Senja, Bara..." panggilnya lirih.
Senja dan Bara mengerutkan kening. Ada perasaan tidak enak yang menyelimuti mereka.
"Senja," Aruna tertunduk, suaranya bergetar, "Maafkan aku..."
Perasaan Senja dan Bara bercampur aduk. Api kekecewaan bergelora di dada mereka.