Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jerat Senja di Negeri Para Bedebah

3 Maret 2024   14:11 Diperbarui: 3 Maret 2024   14:11 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kita tidak bisa menyerah," ucap Bara, mencoba membangkitkan semangat Senja. "Pasti ada cara untuk keluar dari sini dan membongkar kedok Bagas."

Senja mengangguk pelan. Dia menatap Bara dengan tatapan mantap. "Ya, kita tidak boleh menyerah. Kita harus terus berjuang, apapun yang terjadi."

Di dalam ruang tahanan khusus itu, Senja dan Bara mulai menyusun strategi baru. Mereka harus mencari cara untuk keluar dari jeratan hukum yang dibuat oleh Bagas dan para pengkhianat.

Bab 7: Sinar Keadilan di Balik Jeruji

Hari-hari berlalu bagaikan siput yang merayap. Senja dan Bara mendekam di ruang tahanan khusus, dihantui oleh bayang-bayang pengkhianatan Aruna. Suasana hening yang sesekali dipecahkan oleh suara langkah kaki sipir penjara semakin menambah gundah hati mereka.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Senja lirih, suaranya nyaris tak terdengar.

Bara menghela napas, "Kita harus memikirkan cara untuk keluar dari sini. Kita tidak bisa dipenjara dengan tuduhan palsu."

Senja setuju. Namun, pikirannya buntu. Mereka tak punya akses ke dunia luar, tak bisa menghubungi siapapun untuk meminta bantuan.

Tiba-tiba, pintu sel terbuka dan seorang sipir penjara masuk. "Senja Permata, Anda dipanggil ke ruang pengadilan," ucapnya datar.

Senja dan Bara saling pandang, terkejut. Persidangan mereka digelar begitu cepat, tanpa peringatan sebelumnya.

Di ruang pengadilan yang dingin dan mencekam, Senja dan Bara duduk di kursi terdakwa. Jaksa penuntut umum membacakan dakwaan, menuduh mereka melakukan pembobolan data dan pencemaran nama baik Bagas Wijaya. Senja dan Bara membantah semua tuduhan tersebut. Mereka menjelaskan bahwa mereka hanyalah jurnalis dan aktivis yang sedang menjalankan tugas mereka. Namun, bukti-bukti yang dihadirkan pihak Bagas, termasuk rekaman CCTV palsu, membuat hakim dan para pengunjung sidang terkesima. Suasana hening menyelimuti ruangan, dipenuhi oleh tatapan skeptis yang tertuju pada Senja dan Bara. Di tengah persidangan yang menegangkan, tiba-tiba seorang pria berbadan tegap melangkah masuk ke ruang sidang. Dia adalah paman Senja, yang datang jauh-jauh dari kampung halamannya untuk menghadiri persidangan tersebut. Paman Senja berjalan menuju mimbar dan meminta izin kepada hakim untuk berbicara. Hakim pun mengizinkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun