Bab 1: Pertemuan Tak Terduga
Larasati menyeruput latte-nya dengan gusar, matanya tak lepas dari buku sketsa di hadapannya. Frustasi. Garis demi garis yang ia goreskan tak mampu menangkap emosi yang ingin ia tuangkan. Deadline presentasi semakin dekat, namun inspirasinya seperti mogok kerja.
"Hei, boleh gabung?"
Suara bariton yang dalam memecah konsentrasinya. Laras mendongak dan mendapati seorang pria berdiri di samping mejanya. Tubuh atletis, wajah tegas dengan rahang kokoh, dan sorot mata tajam terpadu serasi dalam balutan jaket almamater kampus. Bima, sang ketua BEM yang legendaris dengan reputasi dingin dan disiplin.
Laras tersentak, hampir tersedak latte-nya. "Uh, silakan," ucapnya terbata-bata.
Bima menarik kursi dan duduk di seberangnya. Aroma maskulin samar menyeruak, membuat Laras semakin salah tingkah. Biasanya, Bima bagaikan singa yang tak pernah melirik kelinci seperti Laras. Tapi ini berbeda. Ada kelembutan tersirat di balik sorot matanya yang seolah tertarik pada coretan tak jelas di buku sketsa Laras.
"Lagi pusing?" Bima bertanya, suaranya lebih lembut dari perkiraan Laras.
Laras mengangguk pelan. "Deadline presentasi seni lukis, tapi ideku buntu," akunya dengan nada cemas.
Bima mengamati gambar-gambar di buku sketsa. "Hmm, apa kamu pernah mencoba melukiskan perasaan?"
Laras mengerutkan kening. "Maksudnya?"