Laras tersentuh oleh ucapan Bima. Ia kembali ke apartemen dengan semangat baru. Lukisan yang ia buat kali ini berbeda, penuh dengan warna-warna ceria dan ekspresi kegembiraan, terinspirasi dari momen sederhana bersama sang buah hati.
Lukisan tersebut mendapat respons luar biasa dari para kritikus dan penikmat seni. Mereka melihat kedekatan antara ibu dan anak tertuang dengan indah, seolah Laras telah menemukan harmoni baru dalam hidupnya.
Tahun-tahun berlalu. Laras dan Bima kini memiliki dua anak yang lucu dan cerdas. Mereka berhasil menjadi orang tua yang sukses sekaligus tetap berkarya dalam bidang masing-masing.
Suatu malam, setelah anak-anak mereka tidur, Laras memandang Bima dengan penuh cinta. "Sayang, terima kasih sudah menjadi bagian dari hidupku," ucapnya tulus.
Bima membalas dengan senyuman hangat. "Sama-sama, Sayang. Ini bukan akhir, tapi kelanjutan dari kisah cinta kita yang penuh warna, seperti harmoni lukisan dan alunan piano."
Mereka berpelukan, dikelilingi oleh karya-karya seni Laras yang menghiasi dinding apartemen mereka. Kisah cinta mereka tak hanya harmoni dua insan, tapi juga harmoni mimpi, cinta, dan keluarga yang terus berlanjut, menyatu bak warna-warna indah dalam sebuah lukisan kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H