Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senandung Pilu Negeri Harmoni

6 Februari 2024   06:48 Diperbarui: 6 Februari 2024   06:53 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria itu tertawa sinis. "Naif kamu, Nak. Di sini semua makan uang haram. Mau kaya bersih? Mimpi!"

Kata-kata pria itu bagai tamparan keras. Bagas merasa pusing, mual, dan sesak. Harapannya untuk membangun negeri dengan tangan bersih tiba-tiba terasa hampa. Dia melangkah gontai lagi, langkahnya dibayangi keraguan.

"Tunggu!" panggil suara lembut namun tegas.

Bagas menoleh. Seorang wanita muda berpenampilan cerdas berdiri di ujung lorong, menatapnya dengan tatapan penuh arti.

"Kamu baru, ya?" tanyanya, suaranya ramah.

Bagas mengangguk pelan. "Laras, teman barumu," wanita itu mengulurkan tangan. "Dan sepertinya, kamu baru saja menolak suap," ujarnya sambil tersenyum misterius.

Senyum Laras entah kenapa membuat Bagas merasa tenang. Barangkali karena ada secercah cahaya di tengah kegelapan yang baru saja dilihatnya.

"Iya," Bagas mengaku. "Tapi apa gunanya? Semua orang di sini sepertinya sudah terbiasa."

Laras menggeleng. "Tidak semua, Bagas. Masih ada yang berjuang, meski berat. Mungkin kita bisa saling menguatkan," ujarnya, matanya berbinar.

"Maksudmu?" Bagas tertegun.

"Ayo, nanti kuceritakan di tempat lain," Laras berbisik, lalu berjalan dengan langkah penuh percaya diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun