Laras sigap beraksi. "Kami wartawan sedang wawancara," ujarnya sambil menunjukkan ID pers palsu yang sudah dia siapkan.
Pria itu ragu-ragu, tapi akhirnya membiarkan mereka pergi dengan peringatan keras.
Lolos dari situasi menegangkan itu, Bagas dan Laras semakin yakin harus segera membongkar skandal proyek fiktif. Mereka kembali ke basecamp Harmoni Sejati, membawa bukti berupa rekaman percakapan, foto lahan kosong, dan dokumen janggal yang berhasil mereka dapatkan.
"Ini cukup kuat," kata Anton, anggota senior Harmoni Sejati, setelah memeriksa semua bukti. "Tapi kita perlu strategi jitu untuk mengungkapnya ke publik."
Diskusi pun berlanjut, rencana disusun, dan langkah selanjutnya ditentukan. Perjuangan Bagas dan Harmoni Sejati baru saja dimulai. Mereka tahu perjalanan ini penuh risiko, tapi mereka tidak akan tinggal diam melihat uang rakyat dirampok terang-terangan.
Bab 4: Serangan Balik dan Dilema Moral
Berita penggerebekan lokasi proyek fiktif oleh tim investigasi KPK beredar luas, menggemparkan seluruh negeri. Para koruptor panik, saling tuding, dan berusaha mencari kambing hitam. Di antara mereka, Bagas menjadi target utama.
"Sialan! Siapa yang bocorkan informasi?" bentak Kepala Dinas, wajahnya merah padam.
"Ada mata-mata di internal kita," bisik anak buahnya, melirik ke arah Bagas yang pura-pura sibuk bekerja.
Bagas merasakan tatapan tajam tertuju padanya, tapi dia tetap tenang, mengingat pesan Laras untuk berhati-hati.
Malam harinya, saat Bagas hendak pulang, dua pria berbadan tegap mencegatnya di parkiran. "Kau yang ngadu ke KPK, ya?" salah satu dari mereka bertanya dengan nada mengancam.
Bagas menggeleng ketakutan. "Tidak...saya tidak tahu apa-apa."