"Saya murid Bapak."
"Tahun berapa?" tanya saya.
"Delapan tahun yang lalu," jawabnya. "Bapak masih ingat?"
"Wah, maaf. Jelas lupa," jawabku terus terang.
"Raka, Pak," katanya sambil mengambil kursi dan duduk di depanku. Akhirnya obrolan kami pun terjalin.
"Lho, kamu juga sedang jajan di sini?" tanyaku sesaat kemudian.
"Tidak, Pak."
"Lalu ngapain? Nongkrong?"
"Enggak, Pak. Saya yang punya warung makan ini," jawabnya.
Tentu saja aku terkejut. Yang sedikit kuingat, Raka termasuk anak yang lumayan bandel saat sekolah dahulu. Beberapa kali namanya selalu menjadi perdebatan saat kenaikkan kelas. "Kamu yang punya warung ini?" tanyaku setengah tidak percaya. Pandanganku memutar, menghitung karyawan yang ada di warung itu. Ada 6 orang, gumamku.
"Iya, Pak. Sejak 4 tahun yang lalu."