Ia duduk di kursi meja makan. Memutar-mutar mug, melihat jauh ke depan untuk sementara waktu. Suara mobil dan motor meraung karena jalanan di tepi apartemennya begitu macet. Raungan hanya sama-samar terdengar di kursi tempat Andaru duduk.
Andaru mengambil ponselnya. Mencari nomor telepon istrinya dan menekan tombol hijau. "Maaf, nomor yang Anda tuju tidak terdaftar." Ia mengulangi beberapa kali. Tak ada perubahan. Ia kembali duduk, menyesap kopi, cahaya matahari sore menetap di meja makannya.
***
"Aku tidak ingat apa pun," kata Andaru. "Bahkan, nama istriku."
"Tapi, lukisan Kekasih Bayangan itu masih ada di apartemenmu sampai sekarang?"
"Ya. Masih ada. Hanya itu saja yang tersisa."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H