“Aku sih nggak Mbak Rin, cuma lagi maintain software aja. Paling sampai jam enam,”
“O.K. titip Mbak Al ya Mas… hehehe…” Irin berlalu pulang. Teman-teman lain pun sudah bubar sejak jam kerja berakhir setengah jam lalu. Hujan mulai turun dan makin deras. Suara petir pun mulai memekakkan telinga. Agaknya sia-sia belaka Alya dan Wahyu terperangkap oleh derasnya hujan sore itu, nyatanya tak membuat seorang pun dari mereka memulai percakapan. Wahyu melirik jam tangannya.
“Mbak Al, sibuk nggak? Ada yang ingin aku sampaikan,”
Alya menoleh.
“Tentang foto itu. Semua nggak bener, Mbak Al. Aku paksa minta copy foto itu dari Luna. Setelah kuteliti ternyata itu foto palsu. Hasil editing Photoshop. Bukan foto asli Mbak Al dan Mas Bagus. Itu foto orang lain,”
“Percuma aja, mas. Mau itu asli atau palsu. Semua pasti udah semakin terkontaminasi pikirannya. Dugaan mereka ke aku pasti semakin negatif. Udah deh, lagian aku nggak lama lagi di sini. Mau berhenti kerja dari sini. Aku mau pindah ke Bandung,”
“Oh, begitu? Hmm…emang kapan rencananya Mbak Al mau pindah?”
“Sekitar enam bulan lagi,”
Deg. Terdiam. Wahyu merasakan dingin menjalar sekujur tubuhnya. Aliran darahnya dirasa membeku sesaat. Jantungnya seolah terhenti beberapa detik.
“Mas liat sendiri kan? Kok ya tega Luna bikin foto palsu begitu, cuma buat update bahan gossip murahan. Tak bisa kupungkiri mas, kadang aku ngerasa ada kalanya membutuhkan seseorang untuk diajak berbagi cerita. Dan entah kenapa pilihan hatiku jatuh pada Mas Bagus untuk membaginya,”
“Mbak Al, kalau boleh aku saranin, kedekatan mbak dengan Mas Bagus… ya walaupun sebatas curhat-curhatan, menurutku kurang etis juga lho. Mbak Al dah berumah tangga, apapun yang terjadi dalam rumah tangga mbak nggak sepantasnya mbak ceritakan lagi pada orang lain. Apalagi kalau mbak ceritakan kepada laki-laki lain yang bukan muhrim. Karena, dari curhat-curhatan bisa jadi timbul rasa iba, dari rasa iba jadi rasa simpatik, dari simpatik lalu tumbuh rasa cinta. Wah, kalau sampai begitu kan ujung-ujungnya jadi mudharat. Sekali lagi maaf lho ya Mbak Al, aku nggak bermaksud menggurui. Ya, semuanya kembali ke Mbak Al. Memang, terkadang kita membutuhkan seseorang untuk berbagi isi kotak Pandora yang terletak jauh di dalam. Tapi sebagai orang dewasa, apalagi sudah memiliki pasangan, hendaknya lebih bijak untuk menempatkan segala isi hati kita,”