“Oow ya? Terus kalau begitu yang ini apa donk?” Luna memutar kursi berodanya dan menayangkan sebuah gambar berformat jpeg di PC-nya. Sontak semua berkerumun di depan PC Luna.
“Hah? Gila! Serius tuh?!” Reno melotot. Nania, Risti, Yoda, dan Wahyu semua mengangakan mulut memandang sebuah foto terpampang di PC Luna. Seorang lelaki sedang berpangkuan dengan seorang wanita, dalam temaram cahaya, berlatar belakang kursi dan meja balok-balok kayu dan bambu. Helai-helai daun dan ranting tanaman tampak sedikit menghalangi pengambilan gambar obyek dari kamera digital.
“Ehmm… waktu aku ambil foto ini, lokasinya ada di sebuah coffee shop. Lebih tepatnya di Corner Coffee Shop. Tapi pliss yaa kalian jangan langsung men-judge, bisa jadi foto ini cuma …cuma lho yaa… cuma mirip Mbak Alya dan Mas Bagus,”
Semula Alya cuek dan lebih memilih menikmati alunan musik dari mp3 player-nya melalui headset, namun mau tak mau terpancing umpan Luna. Ia pun beranjak dan bergerak mendekati meja Luna. Sama seperti lainnya, Alya terperangah.
Apa??? Nggak Mungkin!!!
Bagaimana Luna bisa tahu kalau ia dan Bagus sering meluangkan waktu di Corner Coffee Shop sepulang jam kerja?
Reno dan kawan-kawan kini terdiam. Menunggu respon apakah yang sekiranya bakal terpantulkan dari Alya. Geming, Alya kembali ke kursinya, melanjutkan pekerjaan. Bisik-bisik terasa makin berisik di telinganya kini. Tak kuasa menahan luapan emosi, Alya meninggalkan ruangan. Semua saling bertatap bingung.
“Lun, lu kok bisa dapet tuh foto? Emang beneran ya? ck…ck..ck sumpeh mana sangka gw sama kelakuan Alya begitu? Secara dia kan selama ini mendapat gelar istri sholeha,”
“Heh! Mbak Rin, istri sholeha dari Hongkong? Udah basi kali gelar itu buat dia. Nih buktinya… fakta cyiin…faktaaa berbicara! Siapa dulu donk paparazzi-nya tim Rempong Investigasi?”
“Hah! Masak sih begitu?” Bagus masih berdiri menyandar pada bilah tiang. Ia sedikit membungkukkan badan untuk mendengar suara Alya. Desing dan gemuruh di Stasiun Kereta Api Kejaksan malam itu membuat samar suara orang terdengar.
“Sayang, kenapa tadi pagi kamu nggak bilang ke aku? Haduuh! Kenapa juga seharian ini aku terlalu sibuk mengurusi analisa data perawatan sumur sampai aku tak sempat menyambangi ruangan kalian seharian ini?”