“Nggak tau lah Bli. Sepertinya semakin hari jadi semakin ramai aja. Entahlah, mungkin suatu hari nanti juga aku akan resign. Aku dah nggak kerasan dengan suasana nggak enak seperti itu,”
Bagus tak bersuara. Ia hanya menarik pelan kepala Alya yang hanya setinggi bidang dadanya, merengkuhkan kedalam hangatnya.
———-
Usai membasuh muka di wastafel toilet pria, Wahyu bergegas menuruni anak tangga menuju lantai dasar menikung di koridor dan turun ke kantin. Begitu ia tiba di ambang pintu Wahyu berpapasan dengan Alya. Dia baru saja menuntaskan aktivitas makan siang di kantin. Wahyu hendak menyapanya dengan seulas senyum ke arah Alya,
“Eh, Mbak Alya….” Wahyu mencoba senyum. Namun sosok wanita muda, bermimik serius sekali di dekatnya ini nyaris tanpa ekspresi.
Hmmff garing! Alya memang balas menatap Wahyu tapi tak membalas senyumnya. Tatapan Wahyu membeku. Sosok di hadapannya ini memang benar. Benar-benar tanpa ekspresi! Padahal ada yang ingin sekali ia sampaikan pada sosok ringkih berbalut jilbab itu. Seorang wanita yang dalam pandangannya seajuh ini selalu tekun dengan tugas-tugas kesehariannya. Hampir tak pernah terdengar suara, apalagi canda tawanya seperti Tim Rempong Investigasi. Alya begitu serius dan sangat pendiam. Hanya buka suara bilamana Rempong-ers mengajaknya ngobrol. Sorot matanya terlihat teduh di balik lensa kacamatanya. Namun wajahnya selalu begitu, tanpa ekspresi. Memang kelebihannya Alya terlihat sisi wanita sholehanya. Sama sekali Wahyu tak habis pikir apa iya ada ‘sesuatu’ antara Alya dan Bagus? Kalau iya, apa yang membuat Bagus sampai tergila-gila pada Alya yang notabene istri orang? Apa karena status Long Distance Relationship Alya dengan suaminya? Kenapa Bagus tidak memilih Risti aja yang jelas-jelas si gadis lajang, pintar lagi periang? Ah, jaman memang semakin gila!
Seminggu tanpa Bagus. Rempong-ers mungkin masih bergerilya memata-matai kelanjutan kisah dua sejoli tanpa status tersebut di ruang mereka yang kini terentang jarak dan waktu. Setiap kali Bagus ditugaskan turun ke field bisa memakan waktu berbulan lamanya untuk bisa kembali lagi ke basecamp-nya di perusahaan Pengelolaan Data Migas di Cirebon.
“Lun, kalo TTM tuh nama sumur apa ya?” Suara Reno memecah keheningan.
“TTM? Teman tapi mesra, maksud lo?” Jawab Luna sambil tertawa.
“Jeehh serius, gue nanya sumur TTM,”
“Tegal Taman, Ren. Pada ngasal aja siih kalian! Haha….” Pungkas Irin.