“Ya Dit…ada apa nak?”
“Gini bu…ada noda aneh di celanaku warnanya merah seperti darah. Aku tidak tahu harus bagaimana dan apa yang harus aku lakukan, noda itu tembus keluar.
“Kamu pulang aja ya, nak? Noda itu adalah mens pertama kamu. Ibu takut kalau kamu masih ada di sekolah semua orang akan tahu kamu bukan laki-laki.”
Setelah selesai menelpon, aku langsung izin pulang. Untungnya James sedang ada keperluan, sehingga dia tidak bersamaku siang itu. Sesampainya dirumah aku disambut cemas oleh Ibu, beliau mengkhawatirkanku, senang rasanya. Beliau bertanya apakah ada orang yang melihat noda dicelanaku? Apakah James melihatnya juga? Aku kecewa, ternyata beliau tidak mencemaskanku, beliau mencemaskan kerahasiaan identitasku. Aku hanya bisa terdiam dan menjawab semua pertanyaannya. Beliau memberikan sebungkus pembalut padaku dan mempraktekkan cara menggunakannya. Beliau juga menjelaskan hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan saat datang bulan.
♣♣♣
James datang, ketika aku lagi di kamar. Ibu mempersilakannya masuk ke kamar, untungnya aku tidak sedang mandi atau ganti baju. Kalau tidak, bisa ketahuan penyamaranku selama ini. Bungkus pembalut yang baru aku pakai, aku sembunyikan di lemari baju. Takutnya tidak sengaja terlihat olehnya di tempat sampah, walaupun itu hal remeh. Aku harus waspada terhadapnya.
“Hai dit…aku dengar kamu sakit?” Katanya sambil berbaring di tempat tidur.
“Ya sedikit, lagi gak enak badan nih.” Kataku menjauh darinya, karena aku ingat pesan ibu kalau lagi mens wanita ga boleh berdekatan dengan laki-laki.
“Oya, kita banyak tugas. Mulai dari bahasa jerman sampe matematika. Ini catatan pelajaran matematika hari ini. Kapan kita bisa belajar bareng?”
“Aku gak tahu, yang jelas hari ini aku lagi nggak mood.”
“Oke no problem. Can I stay here?”