“Adit…” cerca Grace sambil memegang tangan kekasihnya.
“Yap, what happen? what do you want?” balas Adit dengan alis yang setengah terangkat.
“No, I am talking to you. What’s wrong, honey?”
“Nothing, I am just thinking about something.” Adit berpikir bagaimana bisa ia berpacaran dengan Grace yang mempunyai jenis kelamin yang sama dengannya.
Aku, Aditya Josie Gupta putra pasangan Bapak Rajesh Gupta dan Ibu Anita Rama. Walaupun diatas Aku dikatakan seorang laki-laki tapi sebenarnya aku adalah seorang perempuan. Hal ini terjadi karena Ayahku Rajesh Gupta menginginkan aku menjadi anak laki-laki yang mewarisi seluruh kekayaannya. Aku anak tunggal, Ibuku terkena kanker rahim. Sehingga beliau tidak dapat mengandung lagi. Dari kecil aku dikenalkan Ayah sebagai anak laki-laki, baik itu pakaian maupun mainan selalu dibelikan untuk laki-laki. Sebelum aku lahir, beliau sudah memberitahukan pada dunia bahwa ia mempunyai anak laki-laki. Selama menjabat sebagai Duta Besar, Ayah membawaku dan Ibu ke seluruh negeri yang mempunyai hubungan diplomatik dengan India~termasuk Indonesia, tanah kelahiran Ibuku. Karena sering pindah ke berbagai negara, aku disekolahkan Ayah di International School. Di sana pun identitasku sebagai perempuan dirahasiakan. Ibuku tidak bisa mencegah keinginan Ayah, beliau selalu saja menuruti perintahnya~seolah-olah dia adalah dewa. Bagi rakyat India, suami harus dijunjung tinggi layaknya dewa. Tapi Ibuku orang Indonesia asli, seharusnya beliau bisa membela keinginanku untuk menjadi perempuan tulen. Indonesia adalah negara demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban setiap warganya. Karena sudah menetap lama di India, rasa demokrasi itu sudah hilang dari diri Ibuku.
♣♣♣
Waktu kecil aku bisa memaklumi ketidakberdayaanku, sekarang umurku sudah 15 tahun. Aku bingung, jenis kelaminku laki-laki atau perempuan. Aku jatuh cinta pada laki-laki tapi semua orang mengenalku sebagai laki-laki. Aku harus pacaran dengan seorang perempuan, sedangkan aku sendiri adalah seorang perempuan. Sampai suatu hari, Ayah ingin mengoperasi jenis kelaminku karena usiaku yang sudah beranjak remaja dan menampakkan tanda-tanda seorang perempuan.
“Dit…Ayah ingin kamu operasi kelamin.” Beliau menatapku penuh harap.
“Aku gak mau …yah.” Dengan mata yang penuh rasa marah, aku balas menatapnya.
“Ibu juga tidak setuju, yah!” Adit masih kecil. Hal itu dapat disembunyikan, jadi Ayah tidak perlu cemas.
“Oke…Ayah setuju.” Tapi kalau hal ini tidak dapat disembunyikan lagi, kita akan mengoperasi jenis kelaminnya dan hal-hal yang berhubungan dengan kewanitaannya.