"Aman atau malah udah nyaman?"
"Menurutku aman, soalnya aman menjadikanku nyaman dan tidak semua nyaman membuatku aman. Lagian, aku lagi nggak pengen terikat sama siapapun, Bang. Aku mau fokus ke kuliah sama karir dulu. Aku pun ngerasa dekat ke dia bukan berarti aku naksir atau gimana ya, Bang. Tapi emang dia baik dan aku ngerasa aman kalau lagi samanya. Aku juga lebih produktif, kok! Percayalah samaku, dia baik!"
"Tapi, dari caramu cerita, kau nampak tertarik ya samanya? Hahaha."
"Tertarik gimana? Ihhh, udahlah, Bang! Udah aku bilang, dia support system buatku saat ini. Aku nggak ada kepengenan juga buat jadian sama dia, tapi ya untuk saat ini emang aku ngerasanya aman kalau sama dia. Udah kayak kakak buatku dan yang lebih penting sih, dia bisa dengarin aku. Walau kadang galak, tapi galaknya nggak sampai tempramen kayak kau itu, hehe. Dia juga nggak selalu mengiyakan apa yang aku pengen dan aku lebih suka itu. Bisa aku bilang, dia bijak, Bang! Nggak kek Abang, hahahaha, sorry lah, ya!"
"Anjayyyy, penasaran awak bahhh! Haha, okelah, percaya aku samamu dan kalau memang kau belum mau kasih tahu siapa dia, ya udah. Aku nggak akan maksa, tapi yang penting, kau benar-benar bisa jaga diri. Jangan sampai salah berkawan, jangan sampai keliru lagi! Cukup akulah orang yang nggak seharusnya dampingi kau, jangan ada lagi, hehe.."
"Nggak boleh gitu, justru karena Abang kan aku jadi bisa lebih paham gelapnya kehidupan di sini, hehe."
"Hahaha, iya. Eh, tengoklah!" katamu yang membalikkan sorotan kamera ke arah laut dengan warna langit kemerahan.
"Abang di mana, sih?" tanyaku yang sedari tadi menahan rasa penasaran.
"Lombok, di Bukit Merese aku sekarang."
"Jauh kali, ngapain?"
"Ada lah, hehe. Bagus kan sunset-nya?" tanyamu sembari mengarahkan kamera ke segela penjuru.