"Makan oseng ati, kek menu kesukaanmu, kan? Hahaha," godamu.
"Dih! Bisa gitu, ya? Haha,"
Hanyut, kini aku dan kamu hanyut dalam kenangan yang telah bisa diterima dengan senyum. Dulu, amarah dan dendam menguasai diri kita yang belum sama-sama sanggup biasa saja. Bahkan hingga sekarang pun, terkadang aku teringat laku kasarmu dengan dendam yang menggebu. Namun, yang sudah ya udah. Kita tidak bisa memutar waktu untuk kembali di Januari tahun lalu karena kita sudah hidup di tahun yang berbeda.
***
"Oh iya, ada satu hal yang betul-betul mau aku tanyakan samamu," serius, kini rautmu kembali serius.
"Apa, Bang?" tanyaku yang kembali datar.
"Pertanyaan awalku, dengan siapa kau sekarang?" selidikmu lagi.
"Sendiri. Aku sendiri, Bang. Nggak ada aku hallet, nggak ada aku gebetan, tapi.." belum selesai aku bicara, kamu pun menyela.
"Tapi?"
"Ada sih satu kawan yang menurutku dekat, tapi nggak tahu dia anggap aku dekat juga atau nggak. But for me, dia kek salah satu support system-ku saat ini," jelasku.
"Gebetan, ya?"