“V, dengar. Pertama kali efeknya memang terasa begitu. Tapi percayalah padaku, kau akan merasakan yang sebaliknya jika kau coba lagi malam ini,” kata J. Entah setan apa yang duduk di kepalanya.
“Aku tak mau, kau sudah menodai...”
“Tak ada yang dinodai jika kau memang ingin menghargaiku. Aku membanting tulang agar kita bertahan hidup. Kerja keras membuat otot-ototku tegang dan aku bisa saja akan menjadi tua sebelum waktunya. Maka aku perlu sesuatu untuk ketenangan dan juga rasa hormatmu padaku!” kata J ketus.
“Tapi aku ini adikmu...”
“Aku seorang kakak yang ingin membahagiakan adiknya!”
“Tapi kau sedang membawaku kepada kehancuran, kak!”
“Kau salah, V. Apa yang semalam kita lakukan itu menyakitimu? Apa itu terasa seperti aku menendang atau memukulmu?”
“Tapi...”
“Sudahlah, V. Tenangkan dirimu. Aku akan membantumu. Percayalah padaku, aku hanya ingin membahagiakanmu...” J mendekatiku dan merangkulku. Aku menangis dalam ketidaktahuanku akan apa yang seharusnya kulakukan.
J menyiapkan apa yang semalam ia persiapkan. Ia menyiapkan pesta kecil lagi.
“Percayalah, aku akan memberimu ketenangan dan kebahagiaan,” kata J lirih sambil mendekatkan rokok kecil buatannya sendiri ke bibirku. Aku menolak dengan memalingkan wajahku. Tapi akhirnya J bisa membuatku menghisap kembali benda aneh itu.