Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Veronica

16 Juni 2016   11:14 Diperbarui: 16 Juni 2016   13:48 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kenapa kau repot-repot, kak?”

“Ah, mumpung aku masih berkesempatan untuk menyenangkanmu. Kelak, mungkin jika kau sudah menikah, dan begitu juga aku, hal-hal seperti ini sudah tak mungkin lagi, bukan?”

J memakaikan kalung dengan liontin itu melingkari leherku.

“Hmmm, kau tampak semakin cantik, adikku. Setiap laki-laki akan jatuh cinta melihat dirimu.”

“Terima kasih, kak.”

J tersenyum dan aku memeluknya. Kupikir, kematian ibu adalah akhir pula bagiku. Ternyata tidak, J begitu baik dan bertanggung jawab.

“Ada sebuah pesta kecil yang kupersiapkan untukmu,” kata J setelah kami saling melepas pelukan.

“Pesta?”

“Ya, untuk sekedar menghibur diri. Kita adalah dua kakak beradik yang ditinggal pergi ayah, dan ditinggal mati ibu. Selama ini kita benar-benar dalam keprihatinan. Tapi keadaan sudah agak membaik sekarang untuk kita. Sedikit pesta tak akan membuat ibu marah pada kita.”

“Tapi, aku harus mencuci piring dan gelas-gelas ini,” ujarku.

“Tak masalah, aku juga harus menyiapkan pesta kecil kita,” kata J.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun