Aku tak tahu yang sebenarnya terjadi kecuali ketika datang pagi, aku merasa sangat risih. Aku bangun terlambat dan tak mungkin untuk berangkat ke sekolah. Aku mendapati tubuhku telanjang bulat dan entah kemana J.
Kepalaku masih terasa berat sehingga aku membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyadari keadaan. Rasa sakit yang menyayat-nyayat di tempat itu yang kemudian menyadarkanku.
“Apa yang kau lakukan, kak?” aku menangis ketika aku sampai puncak kesadaran dan berada pada sebuah titik kesimpulan.
J menodaiku. Adiknya sendiri.
Sepanjang hari aku hanya bisa menangis dan menyesali keadaan. Menjelang malam aku mulai merasakan geram dan keinginanku untuk menanyakan pada J tak terbendung lagi.
J datang pada malam harinya dengan kegembiraan yang sama. Ia tak terlihat merasa bersalah dan menyesal.
“Apa yang kau lakukan padaku, kak?”
“Hey, V, tenanglah. Aku tak melakukan apa pun padamu,” sahut J tanpa tekanan.
“Tenang? Kau...?”
“Sssttt...! Tenangkan dirimu. Aku hanya ingin membahagiakanmu.”
“Membahagiakan?”