Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Veronica

16 Juni 2016   11:14 Diperbarui: 16 Juni 2016   13:48 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang dipersiapkan J untuk pesta kecil itu. Aku tak berpikir apa pun, bahkan ketika aku dimintanya menghisap rokok kecil yang sepertinya dibuatnya sendiri.

“Kau suruh aku merokok, kak?”

“Ini bukan rokok yang mengandung nikotin dan berbahaya itu, ini rokok kesehatan, hadiah dari bosku yang baru pulang dari luar negeri. Percaya padaku, ini akan membuat kita jadi lebih segar dan bersemangat. Kau akan merasakannya nanti.”

Aku menolaknya dengan tegas, tapi rayuan J akhirnya membuatku menyerah. Menyenangkannya untuk sesekali tak akan menjadi masalah. Apalagi dia barusan memberiku hadiah kalung yang indah.

“Hisap dan jangan kau buang asapnya. Hisap dan hisap terus!” katanya.

Aku terbatuk ketika mengisap kali pertama.

“Hisap terus agar batukmu terhenti. Memang selalu begitu ketika pertama kali,” kata J. Aku menurutinya dan perlahan-lahan aku merasa melayang dan nyaman.

“Kau akan merasakan dunia jauh lebih indah dari sebelumnya, adikku. Bahkan, aku bisa mengantarmu melihat surga,” kata-kata J jelas terdengar dan aku merasa senang.

“Di mana surga itu, kak?”

Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya melihat bahwa J menciumiku, membelaiku dan membisikkan kata-kata yang menyenangkan sambil sesekali memberikan rokok kecilnya untuk kuhisap. Semakin lama rasanya semakin melayang dan nyaman, diringi rasa bahagia yang tak terkira. J terus membicarakan surga sehingga aku terdorong untuk terus menanyakan di mana surga itu.

“Akan kutunjukkan, adikku.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun