“Kenapa kau repot-repot, kak?”
“Ah, mumpung aku masih berkesempatan untuk menyenangkanmu. Kelak, mungkin jika kau sudah menikah, dan begitu juga aku, hal-hal seperti ini sudah tak mungkin lagi, bukan?”
J memakaikan kalung dengan liontin itu melingkari leherku.
“Hmmm, kau tampak semakin cantik, adikku. Setiap laki-laki akan jatuh cinta melihat dirimu.”
“Terima kasih, kak.”
J tersenyum dan aku memeluknya. Kupikir, kematian ibu adalah akhir pula bagiku. Ternyata tidak, J begitu baik dan bertanggung jawab.
“Ada sebuah pesta kecil yang kupersiapkan untukmu,” kata J setelah kami saling melepas pelukan.
“Pesta?”
“Ya, untuk sekedar menghibur diri. Kita adalah dua kakak beradik yang ditinggal pergi ayah, dan ditinggal mati ibu. Selama ini kita benar-benar dalam keprihatinan. Tapi keadaan sudah agak membaik sekarang untuk kita. Sedikit pesta tak akan membuat ibu marah pada kita.”
“Tapi, aku harus mencuci piring dan gelas-gelas ini,” ujarku.
“Tak masalah, aku juga harus menyiapkan pesta kecil kita,” kata J.