Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Seringai

2 Maret 2016   23:00 Diperbarui: 3 Maret 2016   01:15 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki bau busuk itu kembali mendekati jendela. Jendela adalah jalan ia masuk dan keluar kamarku.

“Tunggu,” kataku pelan.

Ia berhenti dan memandangku.

“Ada apa?”

“Apa lain kali aku bisa minta bantuanmu lagi?”

Lelaki bau busuk itu memandangku tajam. Lalu seringai itu muncul lagi pada garis bibir hitamnya.

“Bisa saja,” katanya. Ah, aku merasa debaran dadaku berangsur hilang mendengar jawabannya.

“Kau tinggal datang jika butuh bantuan lagi. Berapa pun aku sanggup membantumu, karena kau sudah terbukti sungguh-sungguh dalam membayarnya, he, he, he.”

Ia kembali mendekati jendela dan keluar dari sana.

Kau sudah berubah menjadi pelacur.

“Apa pun,” gumamku untuk mengatasi gemuruh suara hati kecilku yang mengumpatku habis. Aku tak ingin mendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun