Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Seringai

2 Maret 2016   23:00 Diperbarui: 3 Maret 2016   01:15 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku sudah menghitung-hitung, kau harus membayar cicilan dan bunganya sebesar tiga juta setiap bulannya.”

“Seharusnya kau mengatakan itu ketika aku datang,” ujarku sedikit kesal.

“Jujur saja, aku juga merasa rugi kalau kau membayarnya seperti dulu. Itu seperti sama saja kau tak membayarnya, kan?”

“Tapi kau tidur denganku tiga tahun lamanya. Seminggu dua kali!”

“Dulu itu memang sangat menarik, karena aku belum pernah merasakan tubuhmu. Sekarang, apa bedanya kau dengan ketiga istriku itu?”

“Bajingan kau!”

“Ah, kau yang datang padaku. Aku tak menyuruhmu meminjam uang kan?”

“Sudahlah, aku akan membayarnya, tapi mulai bulan depan!”

“Ya, aku memang ingin memberitahumu kalau kau harus membayar mulai bulan depan. Tapi aku punya pilihan lain kalau kau mau, dan kita sama-sama enak,” katanya lagi.

“Apa?”

“Kau boleh membayarnya seperti dulu. Tapi yang membayar anak perawanmu itu!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun