Mohon tunggu...
Adinda Putri Septiana
Adinda Putri Septiana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 6

SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Greematsa

24 Februari 2022   19:11 Diperbarui: 24 Februari 2022   19:17 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan, salah satu musim yang disukai Marvel. Anak lelaki bungsu dari dua bersaudara. Berada dalam keluarga kaya raya, keturunan konglomerat. Marvel bisa melakukan apa saja yang dia mau, yang dia sukai, dan dia bisa mendapatkan apa saja dengan lebih mudah.

Suatu hari, Marvel menginginkan sesuatu yang tak lazim dan sangat-sangat aneh. Marvel menginginkan seorang ibu baru. Ya, ibu tiri maksud Marvel. Keluarganya jelas sangat terkejut dengan hal yang diinginkan Marvel. Tak mungkin mereka dapat mengabulkan itu jika ibu kandung Marvel saja masih hidup dan tidak rela merasa diduakan oleh suaminya alias ayahnya Marvel, Hera.

Marvel ini anak laki-laki berumur 14 tahun namun dia termasuk anak yang jenius. Jenius dalam hal apa? Dalam akademik maupun kegiatan olahraga ataupun kesenian dan yang lainnya. Marvel menginginkan seorang adik juga dari ibu tiri yang diimpikannya. Entah apa yang ada di pikiran Marvel sampai-sampai dia menginginkan seorang ibu baru. Hubungan Marvel dan orang tuanya pun baik-baik saja, menurut ibu kandungnya.

Kakak Marvel, Tio, pria berumur 20 tahun, memiliki kekasih yang akan dinikahinya sekitaran 6 atau 8 tahun lagi, katanya. "Kak, bolehkah Marvel bertanya sesuatu kepada kakak?" tanya Marvel tiba-tiba. "Bertanya soal apa? Dan kenapa juga ekspresimu seperti itu?" tanya Tio. "Kenapa kakak mencintai kak Luna?" tanyanya. Sontak Tio terkejut mendengar pertanyaan dari adiknya tersebut yang sangat tak terduga. "Apakah ini pertanyaan yang wajib dijawab, Vel?" "Terserah kakak, aku tak peduli juga jika kakak tidak mau menjawabnya, aku hanya penasaran".

"Cinta itu tak memerlukan alasan, Marvel" jawab Tio. "Kenapa tidak memerlukan alasan? Apakah itu benar-benar perasaan yang nyata?" "Tentu saja nyata, kamu mungkin belum mengerti karena kamu masih kecil" jawab Tio. "Cinta tak memerlukan alasan dan itu adalah perasaan yang nyata.." gumam Marvel. Tio sang kakak hanya tersenyum menatapnya. "Sudah tak perlu kamu pikirkan soal cinta, kembali ke kamarmu dan lanjutkan belajarnya" pinta Tio. Marvel pun mengikuti perkataan kakaknya untuk kembali ke kamar.

Marvel menulis dalam buku hariannya tentang gumamamnya tadi. "Aneh" ucapnya.

"Ibu, bolehkah aku bertanya?" ucap Marvel sekitar 3 jam kemudian, dan kini sedang berada di kamar ibunya. "Mengapa aku dilahirkan, bu?" tanyanya. Tentu saja ibunya terkejut mendengar pertanyaan tak biasa yang dilontarkan anaknya secara tiba-tiba seperti itu. "Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini, nak? Apakah ada hal yang mengganggumu?" tanya ibunya khawatir.

6 tahun kemudian.

Marvel kini sudah berusia 20 tahun, dimana dia kini sedang menuntut ilmu di negeri sakura. Dia tidak memiliki teman dekat. Sedari dulu, Marvel memang belum pernah memiliki teman. Tidak ada yang mengganggapnya teman. Setiap hari, Marvel mengerjakan tugas-tugasnya sendiri, di apartemen berlantai 20.

Setiap malam, bintang-bintang selalu bersinar. Marvel menyukai langit, terlebih lagi langit malam. Dia sangat menyukai bintang, dia selalu memandangi langit ketika dia sedang stres atau tidak baik-baik saja. Baik itu langit malam ataupun siang. "Aku senang berada disini" gumam Marvel. "Jauh dari keluarga palsu. Mungkin mereka bahagia karena telah berhasil mengasingkan diriku disini. Setidaknya aku masih diberi uang jajan, haha" suara tawa yang hambar keluar dari sosok pemuda 20 tahun yang bisa dibilang sedang merantau ini.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun