Mohon tunggu...
Dindaadlmnt
Dindaadlmnt Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Sumatera Utara

Tidak pernah terpikir bisa berada di bidang ini, tapi yang pasti aku sangat menyukai dan menikmati setiap goresan kata yang dibalut rapi dengan beragam diksi tentunya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berharga di Setiap Sudut

6 Januari 2025   11:54 Diperbarui: 6 Januari 2025   11:54 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Alina, kamu dengar Ayah kan? Bangun Alina, bangun!" perintah pria yang diketahui adalah ayah Alina.

"Ayah mohon, bangun. Dua kali ayah menyaksikan orang yang Ayah sayangi di posisi seperti ini. Ini sangat menyakitkan buat Ayah. Cukup ibumu yang berada di posisi seperti ini dan meninggalkan Ayah, kamu jangan Alina. Hanya kamu yang Ayah punya."

Ayah Alina masih terus mengajak Alina untung membuka matanya. Di sela ketidaksadarannya, jiwanya malah berada di suatu tempat yang sangat indah. Tempat itu dipenuhi dengan bunga-bunga indah beragam warna dan pepohonan yang berbuah sangat lebat. Banyak anak-anak yang usia di bawahnya bermain riang di sana, membentuk suasana yang begitu ramai. Pemandangan tersebut membuat kedua sudut bibir Alina melengkung sempurna. Matanya bergerak ke sana kemari seperti dirinya saat ini. Ia tidak tahu tempat apa ini dan kenapa ia bisa berada di tempat seperti ini. Tetapi yang pasti ia sangat menyukai tempat ini.

"Alina," panggil seseorang yang suaranya terasa begitu familiar.

Alina segera membalikkan tubuhnya. Betapa terkejut dia saat melihat sosok yang kini ada di hadapannya, sosok yang selalu ia rindukan. "I-ibu."

Perasaan rindu Alina yang teramat dalam membawa Alina bergerak untuk memeluk ibunya. "Ibu, Alina rindu banget. Jangan tinggalin Alina lagi, Bu."

Seyuman manis juga terukir dari wajah ibu Alina. "Ibu juga rindu sama Alina," sahut sang ibu disertai dengan belaiannya yang begitu lembut.

Alina melepaskan pelukannya dari sang ibu sejenak dan berkata "akhirnya Alina bisa ketemu lagi sama Ibu. Alina senang banget kita bisa bersama-sama lagi."

Bersamaan dengan apa yang dilontarkan Alina, kedua pelipis ibu Alina mengerut. Tidak butuh waktu lama, akhirnya ibunya mengerti maksud dari perkataan anaknya itu. "Tapi ini belum waktunya, Sayang." Ibu Alina menangkup wajah bulat Alina dnegan menggunakan kedua tangannya. "Apa maksud, Ibu?" tanya Alina sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Waktu kamu di dunia masih panjang, Sayang," jawab ibu sejujurnya. Alina menatap sang ibu dengan ekspresi yang tidak dapat dijelaskan. Ia merasa sangat terkejut, kecewa, marah, sedih, dan juga bingung.

"Kenapa Ibu berbicara seperti itu? Alina mau sama Ibu saja di sini. Alina gak mau hidup lebih lama lagi di dunia, Bu." Tangis Alina kini pecah. Hal itu membuat sang ibu dengan sigap menghapus air matanya yang telah mengalir deras. Pelukannya pun ia hamburkan di tubuh mungil Alina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun