Mohon tunggu...
Dindaadlmnt
Dindaadlmnt Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Sumatera Utara

Tidak pernah terpikir bisa berada di bidang ini, tapi yang pasti aku sangat menyukai dan menikmati setiap goresan kata yang dibalut rapi dengan beragam diksi tentunya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berharga di Setiap Sudut

6 Januari 2025   11:54 Diperbarui: 6 Januari 2025   11:54 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mochi karena kamu sudah menghibur aku, aku kasih wishkas deh. Mau ga?" tanya Alina sembari meraih bungkus makanan Mochi dan langsung menuangkannya ke lantai.

Dengan semangat, Mochi langsung melompat dari pangkuan Alina dan meraih makanan yang diberikan oleh pemiliknya itu.

Tok...tok...

Suara ketukan pintu membuat Alina terperenjak kaget. Dengan sigap, Alina langsung berdiri dan bergegas membukakan pintu untuk orang tersebut.

"Ayah." Satu kata yang terucap dari bibir Alina ketika membuka pintu rumah. Terlihat seorang pria berusia 35 tahun berdiri tegak sembari mengusap-usap tangannya karena kedinginan.

"Ayah kehujanan ya? Ayah langsung mandi aja ya, biar gak sakit," pinta Alina sedikit khawatir.

Sang ayah hanya menatap sekilas ke arahnya. Tanpa berkata apa-apa, pria itu melenggang masuk ke rumah dan meninggalkan Alina dengan tatapan yang masih menunggu sahutannya. Sesak, itulah yang dirasakan Alina. Sosok ayah terlihat semakin dingin di mata Alina untuk setiap harinya. Padahal sebelumnya, ayah Alina adalah seseorang yang sangat penyayang. Tanpa sadar, air mata Alina kembali jatuh. Ia merindukan ayahnya yang dulu.

Keesokan harinya, Alina terlihat tampak terburu-buru dalam mempersiapkan perlengkapan sekolahnya. Sesekali ia tampak melihat ke arah jam di dinding. Waktu menunjukkan pukul 07.00, tetapi ia masih berada di rumah. Apalagi alasannya kalau bukan karena bangun terlambat. Kebanyakan main dengan Mochi membuatnya tidur terlalu larut tadi malam.

"Mochi, aku sekolah dulu ya," pamit Alina sembari memakai tasnya.

Melihat Alina yang hendak berjalan keluar, Mochi pun langsung berlari mengikutinya. Tidak lupa disertai dengan suara miaw Mochi yang terdengar menggemaskan. Alina masih sempat menunda langkahnya untuk mengelus lembut bulu Mochi sejenak, walaupun ia tahu bel bentar lagi akan berbunyi. "Is kamu di rumah aja, aku nanti pulang kok. Kamu main sama kucing tetangga dulu," kata Alina.

Mochi semakin menunjukkan berbagai tingkahnya seakan memberi isyarat ia tidak mau ditinggalkan. Dengan penuh manja, ia malah menggeliat di kaki Alina, tidak memberikan kesempatan kepada Alina untuk bisa berjalan bebas. Alina merasa Mochi menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Pandangan mata Mochi juga terlihat sayu seolah mencoba menyampaikan pesan yang tidak dapat diucapkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun