"Farhan kasihan Renjana, tolong lah kamu ajak main dia sekali kali, dari kecil dia gapernah di ajak main sama kamu." Ucap Oma kepada Farhan.
"Bu, aku lagi pusing banyak kerjaan jangan nambah-nambah beban."
"Mau sampai kapan kamu menyalahkan Renjana?, kasihan di usianya yang segini dia sangat butuh kasih sayang dari seorang ayah."
Farhan hanya diam, dan melanjutkan pekerjaannya. Sudah berapa kali Oma mengingatkan Farhan, tapi Farhan tidak mendengarkan perkataan Oma, dia terlalu membenci kehadiran Renjana yang merenggut nyawa istri tercintanya.
16 tahun kemudian
Kini Renjana sudah tumbuh menginjak dewasa, Renjana mulai mengerti mengapa Ayahnya selalu memarahinya dan tidak pernah memberi perhatian kepada Renjana selayaknya seorang Ayah pada anaknya. Meski begitu Renjana tetap menyayangi Ayahnya, walapun sering tidak dianggap ada.
"Renjana bangun sayang, nanti kesiangan sekolah loh." Sambil menggoyang-goyangkan badan Renjana agar terbangun.
"5 menit lagi ya Oma." Jawaban yang selalu Renjana lontarkan jika dibangunkan Omanya.
"Kamu ini kebiasaan, cepet mandi terus kebawah kita sarapan, Oma udah masak makanan kesukaan kamu."
Renjana pun mandi dan langsung bergegas ke bawah untuk sarapan.
"Oma, ayah pergi lagi ya?."