Mohon tunggu...
Adilah Azzahra
Adilah Azzahra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

in the world u can be anything, be kind

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Renjana

1 Maret 2022   17:07 Diperbarui: 1 Maret 2022   20:25 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah Sakit Bersalin Pelita Kasih

"Bella kamu pasti kuat, aku yakin kamu dan anak kita pasti selamat." ucap Farhan kepada istrinya yang terbaring di atas kasur operasi.

"Kalau terjadi sesuatu denganku bagaima-?" jawab Bella dengan perasaan cemasnya.

"Bella! Jangan ngomong sembarangan, aku yakin kamu dan anak kita selamat."

"Kalau anak kita sudah lahir aku mau dia diberi nama Renjana Nayanika." Dengan penuh senyuman Bella membayangkan anaknya pasti terlahir cantik.

"Namanya sangat cantik."

"Artinya rasa hati yang kuat dan bermata indah, aku yakin dia akan menjadi anak yang penyayang dan cantik dan siapapun yang menatap matanya akan terasa nyaman."

"Iya, kamu harus selamat dengan anak kita." Yakin Farhan kepada Bella.

Persalinan pun akan segera dimulai, karena Bella melahirkan dengan cara caesar, maka Farhan hanya bisa menunggu diluar sambil terus berdoa.

Setelah lebih dari 2 jam menunggu, Farhan bisa mendengar suara tangis anaknya, namun Farhan tidak yakin dengan keadaan istrinya.

Tak lama suster pun keluar dari ruang operasi untuk memberi kabar bagaimana hasil persalinan, "Alhamdulillah pak anak bapak sudah lahir, dia perempuan."

Farhan pun lega dan senang mendengar kabar itu, "Alhamdulillah, Terima kasih Suster."

Farhan pun mengambil alih Renjana dari tangan suster.

Disapanya bayi perempuan yang baru saja ia gendong itu, "Halo Renjana Nayanika, anak Ayah yang cantik."

Farhan pun langsung mengadzankan Renjana.

"Keadaan istri saya bagaimana ya sus?"

"Innalillahi wa innailaihi rojiun, mohon maaf pak istri bapak tidak bisa diselamatkan." Jawab suster dengan hati-hati.

"APA YANG TERJADI DENGAN ISTRI SAYA?."

Farhan pun langsung berlari ke ruang bersalin. Saat melihat istrinya dengan mata tertutup dan bibir yang pucat, Farhan tidak bisa berkata kata lagi.

"Innalillahi wa innaillaihi rojiun, selamat tinggal Bella."

Hanya sepenggal kalimat itu saja yang bisa Farhan ucapkan, ditatapnya wajah istrinya yang pucat membuat Farhan sedih tak terbendung.

Setelah kejadian ditinggal istrinya ketika melahirkan anaknya, Farhan pun menyalahkan anaknya sebagai kematian istri tercintanya.

5 tahun kemudian

Bayi perempuan kecil yang lahir tanpa seorang Ibu itu kini tengah tumbuh menjadi anak kecil yang periang, ia dibesarkan oleh Oma dan Ayahnya.

Anak kecil itu menghampiri Ayahnya yang sedang duduk memandangi laptop, "Yah yah main yuk, aku baru dibeliin mainan baru loh sama Oma."

"Diem. Ayah lagi kerja." Bantah Farhan dengan tegas.

"Yah ayo sebentar aja." Paksa Renjana kepada Ayahnya karena ingin sekali bermain.

"Ayah lagi sibuk!."

Omanya pun menghampiri Renjana karena takut Farhan semakin terpancing emosi, "Renjana.. ayo main sama Oma aja yuk, Ayah kamu lagi kerja sayang gak boleh diganggu."

"Aku bosen main sama Oma... aku pengen main sama Ayah hikss hikss." Rengek Renjana karena tidak jadi main dengan Ayahnya.

"Bu bawa renjana dari sini berisik." Tegas Farhan karena merasa terganggu dengan rengekan Renjana.

"Kamu ngantuk ya nak, tidur aja yu nak."

Omanya pun menidurkan Renjana di kamar tidurnya.

"Farhan kasihan Renjana, tolong lah kamu ajak main dia sekali kali, dari kecil dia gapernah di ajak main sama kamu." Ucap Oma kepada Farhan.

"Bu, aku lagi pusing banyak kerjaan jangan nambah-nambah beban."

"Mau sampai kapan kamu menyalahkan Renjana?, kasihan di usianya yang segini dia sangat butuh kasih sayang dari seorang ayah."

Farhan hanya diam, dan melanjutkan pekerjaannya. Sudah berapa kali Oma mengingatkan Farhan, tapi Farhan tidak mendengarkan perkataan Oma, dia terlalu membenci kehadiran Renjana yang merenggut nyawa istri tercintanya.

16 tahun kemudian

Kini Renjana sudah tumbuh menginjak dewasa, Renjana mulai mengerti mengapa Ayahnya selalu memarahinya dan tidak pernah memberi perhatian kepada Renjana selayaknya seorang Ayah pada anaknya. Meski begitu Renjana tetap menyayangi Ayahnya, walapun sering tidak dianggap ada.

"Renjana bangun sayang, nanti kesiangan sekolah loh." Sambil menggoyang-goyangkan badan Renjana agar terbangun.

"5 menit lagi ya Oma." Jawaban yang selalu Renjana lontarkan jika dibangunkan Omanya.

"Kamu ini kebiasaan, cepet mandi terus kebawah kita sarapan, Oma udah masak makanan kesukaan kamu."

Renjana pun mandi dan langsung bergegas ke bawah untuk sarapan.

"Oma, ayah pergi lagi ya?."

"Iya nak, katanya ada urusan mendadak lagi diluar kota."

"Padahal Renjana belum ketemu sama Ayah tapi Ayah udah pergi lagi."

"Kamu harus ngerti ya nak, Ayah kamu kan kerja buat kamu juga."

"Tapi aku ga butuh uang Ayah, aku mau di perhatiin Ayah kaya temen temen aku, yang selalu di teleponin kalau pulang terlambat, yang selalu diantar jemput sama ayahnya, aku gapernah sama sekali ngalamin itu oma, bahkan buat ngobrol pun susah."

"Aku pergi dulu ya Oma, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati renjana."

Di perjalanan ke sekolah Renjana menangis, Renjana jadi teringat ibunya, renjana rindu sekali dengan ibunya. Renjana pun memutuskan untuk bolos sekolah, dan menemui ibunya ke pemakaman.

"Assalamualaikum ibu, bu Renjana kangen ibu, maaf ya bu Renjana sering bolos karena mau ketemu sama ibu. Bu kalau Renjana tau hidup Renjana bakal kaya gini Renjana mending pergi sama ibu aja, kenapa ibu pergi sendirian ninggalin Renjana?"

Tak terasa sudah lama Renjana berbincang sendiri di makam ibunya, dengan perasaan sedih dan rindu yang dalam kepada sosok ibu, Renjana pun pulang ke rumah.

"Assalamualaikum, renjana pulang."

"Waaliakumsalam kamu dari mana saja nak, kok pulangnya sore."

Renjana tidak sadar waktu ketika pergi ke makam ibunya, sehingga dia harus diam terlebih dahulu agar mata sembab nya kembali normal.

"Eum itu oma tadi habis dari toko buku."

Farhan menghampiri Renjana

"Renjana ayah mau ngomong sama kamu."

"Eh ayah, mau ngomong apa yah?"

Renjana merasa heran kenapa Ayahnya mengajak Renjana ngobrol duluan. Karena biasanya jika Renjana ajak ngobrol selalu dihiraukan.

"Tadi Wali Kelas kamu nelpon Ayah, katanya tadi kamu bolos sekolah. Bener itu Renjana?."

Renjana lupa menitip absen pada temannya, biasanya kalau dia bolos dia selalu bilang izinkan kepada temannya, tapi kali ini tidak sempat.

"Jawab Ayah!" (dengan nada membentak)

Selama berbicara dengan Renjana, Farhan tidak sanggup melihat mata Renjana. Benar apa yang dikatakan istrinya bahwa Renjana akan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan mempunyai mata indah siapapun yang menatapnya akan merasa nyaman. Namun kebencian Farhan tidak bisa hilang karena menurutnya Renjana lah yang telah menyebabkan istrinya pergi.

Renjana menjawab dengan wajah menunduk dan suara terbata "I-iya yah maaf." 

"Bagus, MAU JADI APA KAMU HAH? Tadi wali kelas kamu juga bilang katanya kamu sering izin, IZIN NGAPAIN KAMU?! Kalau malas sekolah bilang! Gak usah sekolah, buang buang uang aja!."

"Maafin Renjana yah, Renjana gabakal ulangin lagi."

"Maaf maaf, dasar anak gak berguna!"

"Udah Farhan cukup, Renjana yu Oma anter ke kamar."

Renjana pun langsung membersihkan dirinya, dan menemui Oma nya yang sudah menunggu untuk menanyakan alasan Renjana bolos.

"Renjana, sekarang jujur sama Oma. Kenapa kamu sering bolos sekolah?"

"Maafin Renjana Oma, sebenernya Renjana sering bolos karena pergi ke pemakaman Ibu."

Oma pun tertegun mendengar jawaban renjana.

"Kenapa harus bolos nak, kan bisa pergi nya pas hari libur."

"Gatau oma, Renjana ngerasa Ibu ada disini kalau Renjana ngobrol sama Ibu di makam, tiap kali Renjana merasa sedih karena perlakuan Ayah ke Renjana, Renjana selalu pergi ke makam Ibu, Renjana rindu sekali sama Ibu."

"Yasudah, apapun alasannya bolos itu tidak baik nak, kalau kamu rindu Ibu kamu temuin Ibu pas hari libur aja, kalau kamu butuh temen ngobrol sama Oma aja, kan ada Oma."

Renjana pun memeluk Oma nya dengan erat, saat ini Renjana hanya punya Oma yang sayang sama Renjana.

Malamnya jam 11.00

Renjana terbangun karena merasa lapar setelah menangis beberapa jam, Renjana pun kebawah untuk mengambil roti.

"Oma, kok oma belum tidur, oma minum obat apa?"

Oma kaget atas kehadiran renjana.

"Eh nak kamu mau apa? Oh jni cuman obat pusing kok."

"Aku mau ngambil roti hehe lapar, oma sakit apa? Oma jangan sakit."

Dengan gelagat yang mencurigakan Omanya menjawab "Oma cuman pusing biasa kok sayang. Sudah selasai makan langsung tidur ya nak besok kan hatus sekolah."

"Siap komandan."

Keesokan harinya renjana pergi sekolah seperti biasa. Renjana memulai harinya dengan ceria, Renjana tidak merasa sedih lagi karena Renjana masih mempunyai Oma yang sayang sekali sama Renjana.

"Assalamualaikum oma, Renjana pulang."

Hening, tidak ada jawaban dari oma. Renjana pun mencari keberadaan oma.

"Omaa, Renjana pulang."

Masih tidak ada jawaban, renjana berpikir Oma nya pergi belanja, namun saat Renjana pergi ke dapur untuk mengambil minum, Renjana melihat Oma tergeletak di lantai.

"Omaa omaa bangun."

Renjana mengecek napas dan denyut nadi Oma, namun Renjana tidak bisa merasakan keduanya.

"Oma bangun Oma jangan tinggalin Renjanaaa."

Renjana pun langsung menelpon ayahnya.

"Assalamualaikum Ayah, Ayah bisa pulang se-karang? Oma ayah."

"OMA KENAPA?!."

"Ayah cepet pulang aja sekarang." (sambil terisak)

Farhan pun langsung pulang dan mengecek keadaan Oma.

"Kenapa Oma bisa begini? Bukannya jagain oma yang bener, emang dasar kamu anak ga berguna, bisa nya nyusahin!"

"Bahkan penyebab kematian oma, Ayah menyalahkanku." (ucapnya dalam hati)

Pemakaman pun langsung dilaksanakan, setelah di autopsi ternyata kematian Oma disebabkan karena serangan jantung.

Di kamarnya Renjana sangat terpukul, karena Renjana sudah tidak punya siapa siapa lagi yang menyayanginya.

Renjana mengambil foto Ibu dan Oma. Pertama Renjana memandang wajah Ibunya yang cantik.

"Bu, maafin Renjana udah gagal jagain oma ya, sekarang Renjana udah gapunya siapa siapa lagi disini yang sayang sama Renjana, Ayah makin benci sama Renjana karena kepergian Oma. Bu Renjana kangen ibu, kata oma mata aku mirip sama mata ibu, Renjana punya mata yang indah katanya. Tapi kenapa Ayah gapernah natap mata Renjana, sebenci itukah Ayah sama Renjana? Bu Renjana gabisa sendirian, Renjana mau ikut pergi sama Ibu sama Oma."

Sekarang Renjana berganti memandang wajah Oma nya.

"Oma, oma yang tenang disana ya, maafin Renjana udah gagal jagain Oma, maaf karena Renjana gatau kalau Oma punya penyakit jantung, maafin aku Oma. Oma waktu itu oma pernah bilang kakek juga meninggal waktu ayah masih kecil, tapi oma ga benci ayah sama sekali malahan oma sayang sekali sama ayah. Oma kenapa ayah benci sama renjana? Kenapa ayah ga sama kaya oma yang sayang sama anaknya walaupun pasangannya pergi? Renjana gapernah ngerasain kasih sayang ayah. Oma sekarang Renjana harus gimana? Renjana disini sama siapa? Kenapa oma pergi ninggalin Renjana? Kenapa ga Renjana aja yang pergi?."

Karena sudah lelah menangis Renjana pun tertidur dengan keadaan terisak.

Tanpa sadar, dari tadi Farhan mendengar ucapan Renjana di balik pintu kamar.

Keesokan harinya Renjana memutuskan untuk berdiam di kamar seharian, Renjana sudah tidak mempunyai rasa semangat lagi untuk hidup.

Sementara di ruang tamu Farhan memikirkan Renjana dan apa yang dia ucapkan kemarin di kamarnya.

Sambil menatap foto Bella istri tercintanya.

"Bella, apa aku sekejam itu kepada Renjana? Aku tidak tahu Renjana sangat terpukul selama ini, maafkan aku Bella aku terlalu dibutakan dengan kepergian kamu di hidupku, bahkan kemarin aku menyalahkan Renjana atas kematian Oma. Aku tidak pantas menjadi seorang Ayah, sekarang aku tidak tahu harus bagaimana kepada Renjana, aku selalu benci melihat dia karena matanya seperti matamu, dan jika aku ingat kamu aku selalu menyalahkan Renjana karena kamu pergi dari hidupku."

Farhan sadar Renjana butuh seorang Ayah, dan selama ini Farhan telah gagal menjadi Ayah Renjana.

"Mulai sekarang aku harus bisa ikhlas, aku harus menjadi Ayah yang baik untuk Renjana, aku harus menjaga dan merawat Renjana. Karena sebenarnya bukan Cuma aku saja yang kehilangan orang-orang tersayang, Renjana juga merasakannya bahkan mungkin Renjana lebih terpukul daripada aku."

Farhan tak sengaja melihat kalender dan ternyata besok adalah hari ulang tahun nya Renjana.

Farhan mengecek Renjana ke kamar, Renjana tidak keluar kamar sama sekali, Farhan merasa khawatir kalau nanti Renjana sakit.

"Renjana, makan dulu." Perintah Farhan masih dengan nada dinginnya.

Renjana tak menjawab sama sekali, karena dia malas bertemu dengan ayahnya.

Hari Ulang Tahun Renjana

Renjana merasa sangat lapar, karena seharian tidak keluar kamar dan tidak makan apapun sama sekali, Renjana hanya menangis seharian.

Renjana pun memutuskan untuk sarapan ke bawah. Ternyata sudah ada sepiring nasi goreng yang siap untuk dimakan. Tanpa pikir panjang Renjana langsung memakan nasi goreng itu.

Beres makan Renjana merasa jenuh dan ingin menonton TV, Renjana pun pergi ke ruang TV. Saat sampai di ruang TV Renjana melihat fotonya berserakan mulai dari foto saat dia kecil dan sampai sebesar sekarang, foto-foto itu mengarah ke kamar Ayahnya. Karena penasaran Renjana pun mengikuti foto itu.

Dibacanya huruf-huruf yang tertulis di dinding itu dengan seksama, "Selamat Ulang Tahun Renjana."

Renjana bingung, apa benar ini semua Ayah yang melakukannya? Karena selama 16 tahun Ayahnya tidak pernah ingat Ulang Tahun Renjana.

Tiba-tiba ayahnya keluar dari pintu kamar.

"Selamat Ulang Tahun Renjana." Ucap farhan sambil memeluk renjana

"Ayah?" Renjana sangat kaget dan bingung dengan semua ini, apakah ini mimpi? 

"Maafkan Ayah, kalau Ayah terlalu cuek dan jahat sama kamu sayang, apa belum terlambat buat Ayah minta maaf dan memulai semuanya dari awal?"

Tangisan Renjana pun pecah, karena baru kali ini Renjana mendapat pelukan hangat Ayahnya, ternyata secuek dan sejahat Ayahnya kepada dia, Ayahnya mempunyai pelukan yang hangat dan nyaman.

"Kenapa baru sekarang yah? Renjana butuh Ayah dari Renjana kecil, kenapa baru sekarang, disaat Renjana sudah menganggap Ayah jahat." Renjana pun melepaskan pelukan Ayahnya

"Maafkan Ayah Renjana, Ayah tau sekarang terlalu terlambat buat Ayah minta maaf, maaf Ayah tidak ada disaat kamu butuh Ayah, maaf karena Ayah selalu menyalahkan kamu atas kepergian orang yang Ayah sayang, tapi Ayah mohon biarkan Ayah memperbaiki semua ini, Ayah mau memulai semuanya dari awal, Ayah mau jadi Ayah yang baik untuk kamu Renjana."

Renjana sangat menyayangi Ayahnya, sejahat apapun Ayahnya Renjana selalu sayang Ayahnya, Renjana juga ingin memulai semuanya dari awal dengan Ayahnya.

Tanpa pikir panjang Renjana pun langsung memeluk Ayahnya dengan erat, tandanya Renjana mau memaafkan Ayahnya.

"Terima Kasih Renjana Nayanika, Ayah sayang kamu selalu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun