Sementara di ruang tamu Farhan memikirkan Renjana dan apa yang dia ucapkan kemarin di kamarnya.
Sambil menatap foto Bella istri tercintanya.
"Bella, apa aku sekejam itu kepada Renjana? Aku tidak tahu Renjana sangat terpukul selama ini, maafkan aku Bella aku terlalu dibutakan dengan kepergian kamu di hidupku, bahkan kemarin aku menyalahkan Renjana atas kematian Oma. Aku tidak pantas menjadi seorang Ayah, sekarang aku tidak tahu harus bagaimana kepada Renjana, aku selalu benci melihat dia karena matanya seperti matamu, dan jika aku ingat kamu aku selalu menyalahkan Renjana karena kamu pergi dari hidupku."
Farhan sadar Renjana butuh seorang Ayah, dan selama ini Farhan telah gagal menjadi Ayah Renjana.
"Mulai sekarang aku harus bisa ikhlas, aku harus menjadi Ayah yang baik untuk Renjana, aku harus menjaga dan merawat Renjana. Karena sebenarnya bukan Cuma aku saja yang kehilangan orang-orang tersayang, Renjana juga merasakannya bahkan mungkin Renjana lebih terpukul daripada aku."
Farhan tak sengaja melihat kalender dan ternyata besok adalah hari ulang tahun nya Renjana.
Farhan mengecek Renjana ke kamar, Renjana tidak keluar kamar sama sekali, Farhan merasa khawatir kalau nanti Renjana sakit.
"Renjana, makan dulu." Perintah Farhan masih dengan nada dinginnya.
Renjana tak menjawab sama sekali, karena dia malas bertemu dengan ayahnya.
Hari Ulang Tahun Renjana
Renjana merasa sangat lapar, karena seharian tidak keluar kamar dan tidak makan apapun sama sekali, Renjana hanya menangis seharian.