Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama Saya Jurnalisme, Agama Kamu Apa?

20 Februari 2023   21:40 Diperbarui: 20 Februari 2023   22:12 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wartawan sedang melalukan peliputan. Dokumentasi pribadi

Memang bekerja di media massa kita sulit untuk benar-benar bebas dari intervensi. Namun, bukan berarti tidak bisa. Minimal kepada objek liputan. 

Kita mesti punya sikap. Tidak punya sikap kebanyakan karena permisif dengan amplop. Tentu bukan amplopnya, tetapi dengan uang yang ada di amplop.

Kalau media massa gembar gembor agar pejabat negara tidak terima gratifikasi, insan pers mestinya begitu juga. Maka itu, bagus punya prinsip antisuap, antiamplop, dan antisogok. Pasalnya, jika kita bisa menjaga itu semua, kita bisa independen terhadap objek liputan.

Akan tetapi, kalau kita sudah permisif dengan amplop, sulit bagi kita berlaku independen. Kita takkan bisa merdeka dalam menulis. 

Sebab, pemberian itu, dari narasumber, misalnya, selalu terbayang. Kawan saya bilang, tangan yang menerima takkan bakal bisa melawan tangan yang memberi, Adian.

Dalam agama Islam, juga agama lain, tak boleh kita terima suap. Suap atau rasuah dilarang. Yang memberi dan menerima semua masuk negara, eh neraka. Astagfirullah.  

Kalau media massa permisif gratifikasi dari narasumber atau penguasa, ke mana warga hendak membaca berita kritis. Ke media massa mana lagi mereka mesti percaya. Dan kemana lagi harapan pembaca hendak diapungkan.

Dalam sebuah hadis, merujuk pada poin ini, disebutkan. "Jihad paling tinggi itu berucap sesuatu yang benar kepada penguasa yang zalim." Duh, beratnya...

Kelima, jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen kekuasaan

Ini juga tema yang berat. Masih ada kaitan erat dengan pembahasan soal independensi. 

Kekuasaan di mana-mana itu cenderung korup atau menyeleweng. Dari kekuasaan tingkat RT sampai presiden. Semua kekuasaan, mengutip Lord Acton, cenderung korup. Apalagi kekuasaan yang absolut, peluang korupnya ya lebih lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun