Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cara Urang Kanekes Menjaga Kearifan Lokal untuk Kelestarian Lingkungan

10 Februari 2024   05:00 Diperbarui: 10 Februari 2024   13:27 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karenanya, mereka lebih suka menggunakan istilah "Saba Baduy" atau "bersilaturahmi dengan Baduy". Jadi, bukan karena daerahnya ditetapkan sebagai objek wisata semata.

Oleh karena itu, dalam mengembangkan pariwisata di sekitar Suku Baduy, penting untuk memastikan bahwa pengunjung maupun wisatawan mematuhi aturan-aturan adat dan memperlakukan lingkungan serta masyarakat dengan rasa hormat dan kepedulian.

Masyarakat Suku Baduy adalah sebuah harta karun budaya yang perlu dilestarikan dan dipelihara. 

Dengan melindungi dan mempromosikan keberlanjutan Suku Baduy, kita dapat memastikan bahwa warisan budaya dan lingkungan yang berharga ini akan terus diperoleh oleh generasi mendatang.

2. Sistem Pertanian yang Alami dan Berkelanjutan

Peran penting hutan dalam kehidupan masyarakat Baduy tidak dapat disangkal. Mereka memiliki sistem pengelolaan lahan pertanian yang berkelanjutan, termasuk praktik perladangan berpindah-pindah, yang memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan pertanian dengan menjaga keseimbangan ekosistem.

Suku Baduy juga memberikan inspirasi bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di Indonesia. 

Model pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan kepatuhan terhadap aturan adat menjadi contoh bagi masyarakat lain dalam menjaga harmoni antara manusia dan alam.

Mata pencaharian utama masyarakat Baduy adalah berladang padi di tanah kering (huma). Sistem perladangan yang mereka praktikkan adalah berladang berpindah dengan masa bera (istirahatkan lahan) selama lima tahun.

Sebagai mata pencaharian sampingan ketika menunggu waktu panen atau waktu luang, mereka membuat kerajinan tangan dari bambu berupa asepan, boboko, dan nyiru, juga membuat koya atau tas dari kulit kayu.

Masyarakat Baduy juga memasuki hutan untuk mencari rotan, pete, ranji, buah-buahan, dan madu, serta berburu. Mereka membuat atap dari daun kiray dan membuat alat pertanian seperti golok dan kored.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun