Masyarakat Suku Baduy Dalam saat ini masih bermukim di pelosok perkampungan tanah adat yang terletak di pedalaman. Keyakinan yang mereka anut yakni kepercayaan Sunda Wiwitan yang masih dipegang sangat kuat oleh masyarakat Baduy Dalam.
Masyarakat Baduy Dalam ini biasanya akan menggunakan pakaian serba berwarna putih, istilahnya yaitu "jamang sangsang".Â
Baju khas suku Baduy Dalam ini memiliki aturan yang cukup ketat salah satunya, tidak boleh menggunakan alat mesin jahit dalam pembuatannya.
Pakaian serba putih tersebut memiliki arti bahwa kehidupan suku Baduy Dalam suci adanya dan tidak terpengaruh oleh budaya luar.
Suku Baduy Dalam tidak mengenyam pendidikan, melek teknologi, bahkan tak beralas kaki, karena hidup apa adanya itu dirasakan sebagai cara untuk tetap dekat dengan Yang Maha Kuasa.
Nah, eksistensi Baduy Dalam ini dilindungi oleh Baduy Luar yang bertugas menyaring "hempasan informasi dari dunia luar" sehingga adat istiadat Suku Baduy tetap terjaga dan lestari.
Sementara itu, berbeda dengan Suku Baduy Dalam, masyarakat yang mendiami pemukiman di kawasan Baduy Luar memiliki aturan adat yang lebih longgar lantaran sudah tercampur dengan budaya luar dan sudah sekolah pendidikan formal dan melek teknologi.
Pun demikian, mayoritas masyarakat Baduy Luar masih menjunjung tinggi kepercayaan atau menganut ajaran Sunda Wiwitan.
Ciri khas Baduy luar terlihat dari pakaian serba hitam yang biasa dikenal dengan kampret dengan ikat kepala biru. Baju adat Suku Baduy Luar juga masih terbuat dari bahan yang berasal dari alam sekitar.
Baca juga :Â Kiat Menjalani Hidup Sehat dengan Makan Gizi SeimbangÂ
Bagaimana Suku Baduy Menjaga Kearifan Lokal agar Lingkungan Tetap Lestari?