Mohon tunggu...
Adella Diva Rahmadian
Adella Diva Rahmadian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

A dreamer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semangkuk Bubur untuk Bapak

12 Desember 2022   02:43 Diperbarui: 12 Desember 2022   06:20 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Saat akhir pekan tiba, Hardi menepati janji untuk bertemu mantan manajernya itu. Masih dengan tanda tanya besar yang memenuhi kepalanya, Hardi melangkahkan kaki menuju kedai kopi di persimpangan jalan, 600 meter dari rumahnya. Dahulu, saat ia masih bekerja di pabrik, Hardi sering menghabiskan waktu bersama manajernya itu, bahkan tak jarang sang manajer mentraktirnya segelas kopi.

Sesampainya di sana, Hardi langsung menemui mantan manajernya. Seorang laki-laki berusia lima puluhan, mengenakan kemeja coklat dengan celana bahan hitam. Perawakannya masih sama seperti enam tahun lalu, sangat berkharisma.

"Halo, Hardi. Sini duduk!", ucap mantan manajer itu begitu melihat kehadiran Hardi.

"Oh iya, pak"

"Pesan makan dulu, kamu mau pesan apa, Di?"

"Ah nggak usah, pak. Terima kasih, kebetulan saya sudah makan tadi"

"Yaudah kalau gitu pesan kopi saja, gih!"

Hardi menurut, ia kemudian memesan segelas kopi susu. Tak menunggu waktu lama, akhirnya segelas kopi itu datang. Asap masih riuh mengembul di atasnya.

"Gimana keadaan bapakmu?", tanya sang mantan manajer tiba-tiba.

Pertanyaan tersebut spontan saja mengingatkan Hardi pada perkataan dokter yang menangani bapaknya tiga hari yang lalu. Saat itu kondisi Toyo tiba-tiba saja memburuk, ia mengeluhkan rasa sakit kepala yang teramat sangat. Oleh karena itu, Hardi segera membawa bapak ke rumah sakit. Dokter berkata bahwa Toyo harus segera diberi tindakan, karena sel kanker telah menyebar di tubuhnya. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan tersebut jumlahnya tidak sedikit, hingga Hardi hanya mampu termenung saat mengetahuinya.

"Keadaan bapak akhir-akhir ini sedang memburuk, pak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun