Mantan manajernya itu hanya menatap Hardi dengan iba. "Sebenarnya ada hal penting yang ingin saya bicarakan"
"Tentang apa, pak?"
"To the point saja ya, Hardi. Sebenarnya sejak lima bulan belakangan ini, pabrik sedang kekurangan karyawan yang berkompeten dan ulet. Banyak karyawan yang saya berhentikan karena etos kerja mereka rendah, mereka hanya membawa dampak buruk bagi perusahaan."
Hardi terlihat serius mendengarkan.
"Itulah sebabnya beberapa waktu lalu saya meneleponmu. Saya butuh karyawan sepertimu untuk bekerja di pabrik tersebut"
Mendengar ucapan tersebut, Hardi belum mampu memberikan tanggapan apapun.
"Gimana, Di? Kamu mau bekerja di pabrik lagi?"
"Maaf, pak. Sejujurnya saya tidak memiliki alasan apapun untuk menolak tawaran itu. Namun, seperti yang pernah saya katakan sebelumnya, bapak saya masih membutuhkan saya"
"Iya saya tahu, tapi kamu ngga perlu khawatir. Saya tidak akan membuatmu menelantarkan bapakmu itu. Urusan bapakmu, biar saya yang menjaminnya. Jika kamu menerima tawaran ini, saya pastikan bahwa kondisi bapakmu akan aman"
"Selama kamu bekerja di pabrik nanti, saya akan sewa perawat yang sudah sangat saya pecayai. Lalu, setiap bulannya nanti, kebutuhan bapakmu akan saya tanggung. Saya akan mengirim uang untuk bapakmu sebulan sekali, tapi tenang saja, gajimu tidak akan terganggu"
"Maaf, pak. Tapi semua ini bukan tentang materi, ini tentang bakti seorang anak kepada orang tuanya. Apalagi kini orang tua yang saya miliki hanya bapak seorang", ujar Hardi.