Mohon tunggu...
Acep Yayan XII MIPA 4
Acep Yayan XII MIPA 4 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Kelas 12 mipa 4

Gak ada

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Persahabatan Tanpa Persyaratan

25 Februari 2022   13:41 Diperbarui: 25 Februari 2022   13:51 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pengen cepat cepat sampai rumah". Bisik dalam hati. Engga ada teman di sini.

Engga perlu nunggu orang lain untuk di ajak pulang bersama, atau berbagi cerita semasa tadi pas KBM. Aku rapihin tempat duduk, tas meja lalu melangkah menuju pintu. Aku cuman bisa nunduk engga tau alasan nya apa, sikap bodoamatku apakah harus di tumbuhkan lagi di dalam diri ini?. Ceritanya pengen dapet temen yang bener bener temen, yang engga seperti mantan temen dari sekolah lama sama masa lalu. Mereka langsung menjauhi ku ketika tau sifat asliku. Seorang anak keras dan juga suka bikin onar waktu sd, punya temen yang sama sama engga bener kepalanya, tiap hari cuman ngajak ribut anak anak lain di luar sekolah. Sedangkan, di sekolah kerjaan cuman bully orang lemah. Semua orang nganggap aku dengan teman temanku engga baik untuk di temani mungkin dengan menjauhi meraka adalah tindakan yang baik menurut meraka.

Ketika masuk smp kebiasaan buruk waktu sd belum bisa aku kurangi ataupun hilangkan dalam diri ini. Merasa sok berkuasa. Sok sokan pokok nya. Namun engga tentu anak jahat belum tentu jahat ataupun sebaliknya. Atau? Yang jahat akan berubah kebaik ataupun sebaliknya?. Pas lagi bully anak yang tidak mampu dalam ekonomi, karena ekonomi keluarga meraka terlihat lemah. Aku sebut dia si miskin dan suka seenak nya sama dia, sampai pada akhirnya dia engga tahan dengan apa yang aku lakukan di dia. Dia nangis kabur dari sekolah. Sikap acuhku cuman "ahh biarin dia juga pasti balik lagi".

Aku kaget sama teman temanku, dia balik lagi bawa ibunya sambil nangis. Disana ketika waktu istirahat jam ke lima, banyak orang yang meta nya tertuju pada kami. Ibu itu minta maap kepadaku dengan air mata nya yang terusan meneteskan air mata. Sembari berkata

"Maap nak, anak ibu orang nya emang kayak gini, ibu juga engga punya penghasilan tetap. Ibu minta maap kalau anak ibu buat kamu merasa engga enak sama sekali". Dia nangis. Aku cuman diam ajah sama yang lain. Guruku datang

"Kamu tuh udah keterlaluan sekali". Semua mata yang tertuju pada kami melihat jijik pada kami. Kami hanya saling menyalahkan satu sama lain

"Kau yang salah luck, ngapain terus terusan nyuruh dia jadi bawahan kau!!"

"Ehh kau juga. Ngapain aku doang yang salah disini?". Meraka seperti bersekongkol satu sama lain untuk menjatuhkan aku. Yaa mungkin mereka muak dengan aku sebagai boss mereka. Meraka ada kesempatan buat lepas dari aku sampai sampai semua yang udah terjadi salah aku.

Kesal... Kesal banget sumpah aku mau hajar meraka semua. Aku tendang kepala ibu yang lagi megang kaki aku. Sontak semua orang berteriak histeris. Guruku memukulku. Semua orang merasa kasihan kepada ibu itu dan memusuhi ku, teman teman ku juga. Aku di bawa ka ruang BP. Ibu ku di panggil untuk ke sekolah. Sedangkan ibu tadi dan anak nya duduk bersebrangan denganku.

Ibu memang waktu itu engga menemani ayahku pergi keluar kota dengan ayah, sehingga dia bisa dapat memenuhi panggilan dari BP. Tak lama kemudian, ibu sampe di sekolah. Guru BP menjelaskan apa yang telah terjadi. Sontak ekspresi wajahnya sangat kaget ketika mendengar aku nendang kepala ibu itu. Ibu ku minta maap sebesar besarnya kepada meraka, dia minta maap sangat dalam mencium lutut kaki ibu itu. Meminta maap atas perbuatan anak nya yang bodoh ini.ibu itu langsung mengangkat wajah ibuku. Aku cuman diam menatap drama di depanku ini!. Aku berfikir kembali drama nya sangat menyentuh hatiku. Meraka saling nangis meminta maap sedalam dalamnya, aku di suruh berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya kembali. Entah kenapa aku turut ikut membungkuk walaupun tidak berkata apa apa, air mata mengalir di pipiku aku berjanji bakalan berubah "aku janji bakalan mampu menjadi anak baik!!". Bisik dalam hati

"Aku berjanji tidak akan mengulangi nya lagi". Aku minta maaf kepada ibu itu dan anak nya. Namun permohonan maaf tidak dapat menghindariku dari surat pengeluaran siswa yang menantiku. Siswa yang tidak taat aturan suka bikin onar, kerjaannya cuman bikin masalah setiap hari nya. Mungkin, para guru berfikir dengan mengeluarkan ku di sekolah sana adalah pilihan terbaik. Ibu mencoba membelaku. Membela anak bermasalah nya ini. Tapi dengan pembelaan nya tidak cukup membuatku dikeluarkan disana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun