Syukur merupakan penegasan penghargaan atas nikmat yang didapat, baik secara lisan, tangan maupun hati. Syekh 'Abd Qadir Jilani mengatakan bahwa Allah-lah yang memiliki karunia, maka menunjukkan rasa syukur adalah langkah selanjutnya. Kecuali mengadu kepada Allah, kegigihan bukanlah merengek akibat semakin parahnya musibah yang kita alami. Syekh 'Abd Qadir Jilani mengungkapkan, ada tiga macam kegigihan: menahan diri terhadap Allah dengan tunduk pada perintah-Nya dan melanggar norma-norma-Nya, menahan diri terhadap Allah dengan menunggu makanan, jalan keluar, kecukupan, bantuan, dan hadiah, dan menunjukkan sikap menahan diri terhadap Allah.
5) Ridha
     Ridha adalah kepenuhan hati dalam memikul proklamasi (takdir). Salik menilai, orang yang makbul adalah orang yang mengakui firman Allah dengan tidak berpura-pura, pasrah tanpa menunjukkan perlindungan dari apa yang Allah kerjakan.
6) Bersikaplah jujur
2. Tarekat Syaziliyyah
         Di dirikan oleh Abu Hasan Ali Asy-Syadzili (593-656 H) berjasa memanfaatkan Tarekat Syadziliyah sehingga menjadi kritis. Ia berasal dari Syadziliyah, Tunisia, dan merupakan seorang sufi Sunni. Nama lengkapnya adalah Wadah Ali Wadah Abdullah Abdul Jabbar Abu Hasan Asy-Syadzili. Biasanya partai ini memiliki garis keturunan yang diuntungkan oleh Hasan, keturunan Ali, ayah Abi Thalib, dari Nabi Muhammad SAW.
         Salam ini sangat mendasar karena akan tersampaikan secara menyeluruh dan selanjutnya kokoh dalam membawa keluarga menuju jadzab, mujahadah, kursus, asrar dan karamah. Salam Syadziliyah mengawali keikutsertaannya di salah satu kursus Al-Muwahidun di Hafsiyah, Tunisia.
         Sejak masa mudanya, dia tidak terlalu mengejutkan dalam penalarannya, sampai dia berhasil melawan kelainan yang menjengkelkan dan matanya menjadi kabur. As-Syadzili dipandang sebagai sufi surgawi, khususnya Abdul Abbas Al-Mursi. Pada hakikatnya tidak ada kitab tasawuf yang tidak menyebutkan nama Syadzili dan menggunakan bahasa umum yang sarat dengan dunia nyata dan pengalaman orang dalam untuk menegaskan suatu pendirian. Yang pasti Syadzili adalah seorang sufi yang luar biasa.
         Dalam menggambarkan sifat-sifat Syadzili, Muhammad Al-Maghribi memahami bahwa Allah telah mengenalkan kepada Syadzili tiga hal yang belum pernah diketahui atau di kemudian hari oleh siapa pun, terutama nama dirinya dan pasangannya yang tertulis dalam Luh MahFuz, yaitu orang-orang yang tersurat. Apakah majezub di antara berkumpulnya mereka kembali pada keberkahan peristiwa-peristiwa kemanusiaan, dan watak mereka terus berlanjut hingga hari kiamat.
3. Tarekat Naqsabandiyah
      Pendiri tarekat Naqsabandiyah adalah seorang pemuda tasawuf ternama, yaitu Muhammad Baha al-Racket al-Uwaisi al-Bukhari Naqsbandi (1717 H/138 Maju 791 H/1389 Maju). Dilahirkan di Qashrul Arifah, sekitar empat mil dari Bukhara, tempat Imam Bukhari dikandung. Dia berasal dari keluarga yang ceria dan lingkungan yang adil. Dia diberi gelar Syekh, yang menunjukkan pentingnya dirinya sebagai perintis yang signifikan.