Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Hilangnya Dua

26 Mei 2024   16:12 Diperbarui: 26 Mei 2024   16:53 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   "Apakah telah terjadi penculikan terhadap Dimas dan Rifki?" tanya warga desa lainnya dari tengah ruangan dengan suara lantang.

   "Ini sungguh buruk jika benar telah terjadi penculikan anak di Desa Mojorejo ini," imbuh warga lainnya sambil menggelengkan kepala seakan tidak percaya dengan ini semua.

   "Saya memohon kepada hadirin yang hadir untuk tenang dan tidak berspekulasi semain jauh," pinta Pak Tatang. "sampai saat ini kita masih belum mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi kepada Dimas dan Rifki. Jadi, kita tidak bisa langsung mengambil sebuah kesimpulan atas terjadinya tindak kejahatan berupa penculikan anak. Karena informasi yang kita miliki sampai sejauh ini sangatlah minim."

   "Itu benar. Apa yang baru saja disampaikan oleh bapak kepala desa," ujar warga lainnya mengutarakan persetujuannya.

   "Lalu, langkah apa yang akan kita ambil dalam situasi darurat seperti sekarang? Apakah kita akan berdiam diri saja menunggu kedua anak itu kembali ke rumah masing-masing atau?" tanya seorang warga desa lainnya.

   "Begini bapak-bapak sekalian," kata Pak Tatang kembali berbicara dari depan podium, "saya selaku kepala Desa Mojorejo ingin meminta bantuan dari seluruh warga yang hadir di sini untuk membantu melakukan proses pencarian guna menemukan keberadaan Dimas dan Rifki secepatnya. Apakah bapak-bapak sekalian bersedia membantu?" tanya Pak Tatang kepada hadirin yang telah memenuhi aula desa.

   "Kami bersedia." Terdengar jawaban serentak dari seluruh warga yang hadir di dalam aula Desa Mojorejo.

   "Malam ini juga saya akan membentuk beberapa regu yang terdiri dari beberapa orang untuk melakukan proses pencarian di beberapa tempat sekaligus. Harapannya, dengan mengerahkan beberapa regu pencari di beberapa titik, keberadaan Dimas dan Rifki dapat segera ditemukan dan bisa kembali berkumpul bersama keluarganya."

   Kemudian sisa rapat berikutnya digunakan oleh bapak kepala desa beserta jajaran untuk membentuk beberapa regu tim pencari. Bapak kepala desa memahami, bahwa pencarian pada malam hari tidak akan pernah bisa maksimal. Akan tetapi proses pencarian harus tetap dilakukan karena semakin lama Dimas dan Rifki tidak ditemukan, akan semakin sulit menemukan keduanya. Waktu adalah segalanya dalam situasi seperti saat ini. Setelah beberapa regu tim pencari akhirnya terbentuk, kini tibalah saat untuk memulai proses pencarian dengan petunjuk yang hampir tidak ada sama sekali.

   Ketika bapak kepala desa akan memberangkatkan beberapa regu tim pencari, tiba-tiba sesuatu yang tak terduga terjadi. Di luar aula Desa Mojorejo yang sebelumnya cerah tiba-tiba turun hujan yang sangat deras disertai dengan angin yang bertiup kencang seakan badai sedang mengamuk. Dalam situasi seperti saat ini, tidak mungkin bagi bapak kepala desa memberikan izin untuk melakukan proses pencarian di tempat terbuka. Jika seandainya tetap dipaksakan untuk melakukan proses pencarian dalam kondisi cuaca yang tidak bersahabat seperti sekarang, kondisi ini akan sangat membahayakan bagi para pencari yang sedang bertugas di lapangan. Situasi yang tengah dihadapi saat ini menjadi dilema bagi bapak kepala desa untuk mengambil sebuah keputusan pentikng. Bapak kepala desa tidak bisa berbuat apa-apa saat menghadapi kekuatan alam yang sedang mengamuk serta tidak bersahabat seperti sekarang.

   Untuk meredakan ketegangan yang sedang drasakannya, bapak kepala desa memutuskan berjalan pergi meninggalkan aula desa menuju ke koridor yang berada di luar. Setelah berada di luar aula desa, bapak kepala desa hanya berdiri diam sambil menyilangkan kedua tangannya di punggung. Dalam diam, pandangan mata bapak kepala desa menatap jauh ke depan ke tempat di mana hanya ada kegelapan yang tengah menyelimuti Desa Mojorejo yang tengah diguyur hujan badai. Sementara pikirannya masih bertanya-tanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi kepada kedua anak yang hilang entah ke mana. Apalagi dalam keadaan hujan badai seperti sekarang, bapak kepala desa hanya bisa menggelengkan kepala untuk mengusir gambaran buruk tentang nasib kedua anak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun