Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Hilangnya Dua

26 Mei 2024   16:12 Diperbarui: 26 Mei 2024   16:53 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada waktu yang telah ditentukan, Dimas tiba lebih dulu di hamparan pantai berpasir putih dengan berlatar birunya air laut sejauh sejauh mata memandang. Saat itu Dimas sedang duduk santai di bawah sebuah pohon kelapa sambil memandang deburan ombak yang menyapu hingga ke bibir pantai dengan suara yang menenangkan hati. Dimas seakan terhipnotis oleh alunan konstan debur ombak sehingga tidak dapat mendengar suara langkah kaki yang berjalan perlahan mendekat ke arahnya dari arah sebelah kanan. Hingga akhirnya sebuah tepukan lembut mendarat tepat di bahu Dimas yang langsung membuyarkan lamunannya serta membuatnya terkejut. Kejadian kecil ini membuat Rifki tertawa terbahak-bahak, namun sebaliknya, membuat Dimas merasa malu karena tidak menyadari kehadiran Rifki di dekatnya.

Setelah kejadian kecil tadi, Dimas segera mengajak Rifki ke suatu tempat yang tersembunyi serta belum banyak orang yang tahu. Dimas dan Rifki mulai berjalan meninggalkan pantai berpasir putih dan sekarang sedang menyusuri jalan kecil dari tanah yang mengarah masuk ke dalam hutan. Dimas dan Rifki terus berjalan semakin jauh masuk ke dalam hutan yang terlihat suram serta menakutkan. Di sini sudah tidak terdengar lagi suara debur ombak di pantai, namun diganti dengan suasan sunyi serta keheningan hutan. Berjalan masuk semakin jauh ke dalam hutan membuat Rifki mulai merasa bingung dan takut, karena jalan yang dipilih oleh Dimas berkelok-kelok tak tentu arah. Sehingga akan sangat menyulitkan bagi Rifki untuk dapat menemukan jalan pulang seorang diri, dan kemungkinan terburuk yang akan Rifki hadapi adalah tersesat di dalam hutan yang masih terasa asing banginya.

Di depan samar-samar mulai terdengar seperti suara air yang sedang mengalir dan ini semakin membuat Dimas bersemangat untuk dapat memberikan kejuta yang spesial kepada sahabatnya. Akhirnya perjalanan Dimas dan Rifki berhenti di bawah sebuah bukit kecil berbatu, dan suara air mengalir sepertinya berada tepat di balik bukit berbatu ini. Tidak ada cara lain untuk mengetahui suara air yang sedang mengalir kecuali dengan mendaki bukit berbatu ini. Dengan antusias dan penuh semangat, Dimas menoleh memandang Rifki yang terlihat mulai kelelahan dan berkata. "Kau sudah siap untuk melihat kejutan yang aku katakan tadi siang?"

"Aku sudah siap Dimas. Ayo cepat tunjukkan sebelum aku kehabisan tenaga," jawab Rifki.

"Tetapi ada satu halangan yang harus kita lalui terlebih dahulu," ujar Dimas sambil menggoda sahabatnya. "Dan halangan itu adalah bukit berbatu yang berdiri kokoh tepat di hadapan kita." Terdengar suara tawa Dimas saat melihat wajah Rifki yang seolah tidak percaya mendengar kata-kata yang baru saja Dimas sampaikan.

"Ya ampun!" kata Rifki dengan suara lemah, "jadi, kita harus mendaki bukit berbatu yang ada di depan kita ini sebelum mengetahui sesuatu yang ada di baliknya?"

"Kau benar sekali Rifki. Percayalah! Apa yang akan kau lihat nanti akan sepadan dengan semua perjalanan yang telah kita lalui sejauh ini."

"Awas! Kalau sampai engkau berbohong Dimas, lihat saja nanti."

Dimas hanya tertawa mendengar sindirian dari sahabatnya itu. "Ayo! Kita mulai mendaki bukit ini dan melihat apa yang ada di baliknya," ujar Dimas. Dengan perlahan Dimas dan Rifki mulai mendaki bukit kecil berbatu yang ada di hadapannya. Pelan tapi pasti, kedua sahabat itu hampir mencapai puncak bukit dan ketika akhirnya mereka berhasil tiba di atas puncak bukit berbatu. Dimas dan Rifki hanya berdiri diam sambil mengatur napas yang sudah hampir habis. Setelah beristirahat sejenak dan napas mereka telah kembali normal, barulah terlihat pemandangan yang ada di bawah bukit berbatu ini. Terlihat sebuah aliran sungai yang membelah hutan dengan air sebening kristal, dan yang membuat mata terpana melihatnya adalah dasar sungai yang berpasir terlihat begitu jelas. Dimas dan Rifki seolah terhipnotis dengan keindahan alam yang ada di bawahnya.

"Inilah kejutan yang aku katakan tadi. Dan sekarang engkau telah melihatnya sendiri," ujar Dimas dengan perasaan puas yang tidak bisa disembunyikan lagi. "Sekarang, bagaimana pendapatmu mengenai kejutan ini Rifki?" Tawa Dimas akhirnya pecah.

"Ini sungguh luar biasa dan di luar dugaanku selama ini Dimas. Aku belum pernah melihat pemandangan yang begitu luar biasa seperti ini sebelumnya," jawab Rifki dengan raut wajah yang berseri-seri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun