Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Setengah Abad Pelabuhan Tahoku, Simpul Ekonomi dan Lintas Budaya di Maluku

29 Desember 2024   13:27 Diperbarui: 30 Desember 2024   19:30 3034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dermaga Pelabuhan Tahoku (Sumber: Dok Abd Rahman Hamid, 23/12/2024)

Itulah sebabnya, saat melintasi tanjung tersebut, keluarga almarhumah akan membuang bahan makanan atau minuman ke dasar laut sebagai "persembahan" atau ikatan memori kejadian di masa silam.    

Kembali pada pertanyaan di atas, bahwa faktor alam dan keselamatan navigasi menjadi faktor pertama bagi pentimbangan penduduk dari 19 Dusun memilih untuk berlabuh di Tahoku.

Selain itu, faktor kedua, juga karena faktor kultural, bahwa sebagian penduduk di Tahoku adalah orang atau keturunan Buton. Ini menjadi daya tarik khusus sebagai sesama orang Buton. 

Beraktivitas di sana berati mereka akan bertemu sesama Buton. Menu khas Buton, misalnya Sangkola atau Kasoami, dijajakan oleh orang-orang Buton di Tahoku. Semua itu menambah daya tarik untuk berlabuh di Tahoku.

Faktor ketiga adalah akibat konflik (kerusuhan) Ambon pada tahun 1999. Orang-orang dari 19 Dusun dan sekitarnya sulit masuk Ambon, apalag jika harus melewati Alang, yang penduduknya beragama Kristen.

Sentimen keagaman dalam konflik Ambon menjadi pembatas hubungan antar kelompok/agama di Ambon. Memilih lokasi yang penduduknya seagama menjadi satu pertimbangan penting. 

Dalam hal ini, Jazirah Leihitu yang dahulu di bawah Kerajaan Hitu, mayoritas penduduknya adalah Muslim.

Konflik Ambon 1999, Tonggak Kemajuan Tahoku

Konflik 1999 tidak hanya menjadi pemacu perubahan jalur perahu dan kapal-kapal motor dari pesisir Hoamual (belakang dan depan), tetapi juga menjadi babak baru bagi sejarah pelabuhan Tahoku, yang saya sebut sebagai tonggak kemajuan Tahoku.

Perahu dan kapal-kapal dari Hoamual depan sepeti Laiela, Saluku, Waiputi, Wailapia, Lauma, Kasawari, dan Tuhulesi pun merubah pangkalannya, yang semula berlabuh di Pelabuhan Kaitetu, dekat Benteng Amsterdam, kemudian bongkar dan muat di Pelabuhan Tahoku, kata Sarmin Salisu.

Hasilnya, Tahoku tumbuh menjadi pusat ekonomi lokal di Jazirah Leihitu. Kehadiran kapal-kapal dari Hoamual dimanfaatkan oleh penduduk setempat dan para pedagang untuk membuka usaha dan pertokoan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun