Mohon tunggu...
Della Anna
Della Anna Mohon Tunggu... Blogger,Photographer,Kolumnis -

Indonesia tanah air beta. Domisili Belanda. Blogger,Photographer, Kolumnis. Berbagi dalam bentuk tulisan dan foto.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Penghuni

12 Mei 2017   13:19 Diperbarui: 12 Mei 2017   13:31 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah hidup Julie membuat hati Ruben trenyuh, oleh karena nama Julie telah tercoret lama dari kamus besar dan album keluarganya. 

Kini Ruben acap bertemu dengan Julie. Pertemuan yang tanpa mereka kehendaki ternyata melukis ruang hati mereka dengan warna kehidupan yang sangat indah. 

Warna yang bagi Julie sangat menakutkan bila lukisan itu harus diselesaikan. Sementara bagi Ruben, adalah anugerah bagaimana ia akhirnya menemukan seseorang yang bisa membangkitkan kembali getar melodi dalam perasaannya, setelah hampir limabelas tahun getar ini mati, terluka. 

Namun, ketergantungan Julie akan Methadone sampai detik hari itu belum berhasil menyempurnakan harapan Ruben. Harapannya masih terus terbuka, menunggu. Ruben kini berani mengatur dosis pemakaian Methadone Julie, dan Julie berusaha keras untuk memerangi ketergantungannya. Usaha ini belum sempurna, namun arah ke sana sudah terlihat, bahwa Julie berusaha keras melawan Methadone yang menjadi tuan rumah dalam dirinya.

Suatu hari, ketika Julie bertamu di rumah.

‘’Julie, maukah kau hidup bersamaku? bisik Ruben  di telinga Julie.

Mata Julie memandang mata Ruben, untuk pertama kalinya Julie melihat betapa mata itu memiliki sinar yang indah, sinarnya mampu mengalahkan ketagihan Methadone akhir-akhir ini. Kasih sayang Ruben telah mengganggu mimpi-mimpi indah tidur Julie bila malam tiba. 

Mereka pun berdekapan, dengan lembut tangan Ruben membelai rambut Julie. Berulang kali Ruben mencium rambut kepala Julie. Jantung keduanya bergetar hebat. Untuk pertama kalinya Julie merasakan sentuhan bibir yang santun, yang membimbingnya ke arah suasana hati yang damai dan murni.

‘’Ruben, maukah kau mendengar kisah nyataku?’’

Ruben menganggukkan kepalanya, dikuatkan dekapannya. 

‘’Berceritalah, kosongkan balok kisah masa lalu di hati dan pikiranmu,’’ ucap Ruben perlahan. ‘’Tak ada manusia yang sempurna, termasuk aku Julie,’’ pelan suara Ruben membimbing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun