‘’Merepotkan saja,’’ ucap Julie.
Ruben menggelengkan kepalanya, memberi tanda tak jadi soal. Ditariknya sebuah kursi dan duduk agak dekat dengan tempat tidur. Terlihat selang infus NaCl,0,9% masih terpasang pada pembuluh vena Julie pada pergelangan tangannya.Â
‘’Mm ..., juga suka ini? ditatapnya mata Julie sambil menyodorkan botol sari apel.
Waktu menerimanya mata Julie berkaca-kaca, ia merasa saat ini bermandi cahaya perhatian. Belum pernah ia mendapatkannya dari seseorang, termasuk orang tuanya sendiri.Â
Keduanya membisu, sambil mencuri pandang malu-malu. Tak berani untuk memulai siapa yang akan memulai percakapan.
‘’Udara cerah,’’ Ruben membuka kata.
‘’Kemarin hujan seharian,’’ balas Julie.
Ruben membantu Julie meletakan buket bunga pada vas yang tersedia di atas meja di dekat tempat tidurnya, sambil tak lupa memberi air secukupnya. Sementara Julie megikuti dengan pandang matanya, seakan-akan bunga itu sudah menjadi milik satu-satunya saat ini.
‘’Jangan khawatir, bunga gak akan diambil pasien sebelah,’’ bisik Ruben.
Mereka tertawa bersama, dan suasana pun terasa hangat hadir di antara keduanya.
Jam besuk terbang begitu cepat, tak terasa Ruben harus cepat meninggalkan ruangan. Tak sempat bercerita panjang apalagi bertanya, hanya hal-hal sederhana saja.Â