Mohon tunggu...
Narendra Setya Nugraha
Narendra Setya Nugraha Mohon Tunggu... Editor - Seminaris

Seminaris Seminari Mertoyudan St.Petrus Canisius

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kepingan Baru

23 Maret 2024   09:34 Diperbarui: 29 Maret 2024   19:45 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pribadi/Rendra

"Ya, engkau tahu aku mengasihi engkau." 

Sekali lagi ia bertanya kepada ku, "Apakah engkau mengasihi aku?" dan aku menjawabnya.

"Ya, sudah ku katakan bahwa aku mengasihi engkau." Ini benar-benar aneh bagiku. Ini adalah pertanyaan yang mudah, tetapi mengapa diriku begitu gemetar untuk menjawabnya? Seolah ada malaikat duduk di sebelahku.

"Dahulu, aku memiliki seorang anak. Perempuan. Ia amat kecil dan imut." Anak itu bernama Atik. Larasati Widyanaka. Dia lahir di hari Kamis, hari ke dua puluh bulah ke enam, pukul dua dini hari. Satu jam setelah kelahirannya ke dunia ini, ibunya wafat. 

Ia hidup tanpa sosok kelembutan yang membelai tubuhnya sejak kecil. Ia hidup di bawah garis kelayakan seseorang yang hidup di bumi fana ini. Hidup dalam kesepian dan kemiskinan. 

Sejak kecil ia dititipkan kepada salah seorang teman. Semuanya berjalan baik adanya. Atik tumbuh menjadi gadis yang elok nan indah tubuhnya. Ia amat pandai dan terpelajar. Namun, sebuah kejadian di jalan besar di Mertoyudan itu membuat semuanya pecah. Sebuah mobil Toyota berwarna merah tua menabrak truk yang sedang belok tanpa memberi aba-aba dengan kencang. Malam itu, surga menyambut jiwanya. Larasati Widyanaka wafat pada malam itu. 

Atik yang tengah membonceng pamongnya menuju kota Semarang untuk mengikuti lomba keroncong harus berpulang menghadap Bapa yang merindukannya. 

"Kentrungmu itu, sebenarnya adalah miliknya. Itu adalah benda kesayangannya." Sungguh, pria ini mengalami nasib yang amat malang. Yang Kuasa telah mengambil dua sosok penyemangat hidupnya dan ia tetap tegar menjalani hidupnya. Seberapa kuat jantungnya sehingga ia dapat menghentikan hatinya yang terlukai dengan cepatnya darah mengalir di seluruh tubuhnya?

Mengapa di dunia yang indah ini kebahagiaan selalu bergandengan dengan kekejaman? Mereka selalu berjalan bersama dan bersenggama dalam malam yang berkilau. Mengapa hidupku tidak boleh seperti mereka? Mereka selalu membiarkan seseorang merelakan kehilangan yang ia miliki. 

***

Aku lahir dalam keluarga sederhana. Aku terlahir dengan nama Sudarto Gathot Basuko. Hidup di ujung daerah Bedono. Ibu dan bapakku merawatku dengan baik adanya. Hingga aku tumbuh menjadi anak baik, walau tidak terlalu pandai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun